Showing posts with label dolan. Show all posts
Showing posts with label dolan. Show all posts
Kalau di Tangkuban Perahu ada legenda cinta yang kandas justru Situ Patenggang ini lahir karena cinta yang berakhir bahagia. Nama situ patenggang disebutkan berasal dari kata pateang-teang ( saling mencari). Dahulu ada dua orang titisan dewa bernama raden Santang keponakan Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran dan dewi Rengganis dari kerajaan Majapahit yang terpisahkan sekian lama. Mereka harus berpisah karena perang bubat antara dua kerajaan. Mereka pun kemudian saling mencari, dan akhirnya bertemu di tempat yang sekarang bernama batu cinta . Dewi Rengganis kemudian mengajukan permohonan untuk dibuatkan danau dan perahu untuk mereka berlayar. Perahu inilah yang kemudian menjadi pulau di tengah Situ Patenggang. Pantas saja ketika melihat sekeliling danau rasanya bentuknya mirip hati. Ternyata ada kisah cinta dibalik danau ini.


Tertarik mengelilingi pulau dan singgah di batu cinta?

Perjalanan ke Situ ini asyik banget. Serasa pulang ke rumah. Jalan aspal mulus yang berkelok di tengah hamparan kebun teh yang sangat luas. Menyenangkan sekali.

Sebelum masuk aku membeli balon sabun. Murah harganya Rp 5000. Jadi di sana kita cuma duduk santai menikmati pemandangan danau dan udara yang sejuk sembari bermain balon sabun. Anginnya cukup kencang, tidak perlu repot meniup jika terkena angin banyak balon sabun beterbangan. Yeee... hehe... 

Tempat ini asyik buat piknik. Bisa duduk santai dengan tikar atau di saung yang banyak disediakan di sepanjang bibir danau. Kalau datang bersama pasangan bisa mencoba sepeda air. Ada juga perahu motor dan perahu dayung.



Setelah puas menikmati pemandangan, aku berdua dengan Eka melanjutkan perjalanan ke Kapal Pinisi yang menjadi satu kompleks destinasi wisata. Perahu coklat besar di tengah kebun teh itu sejatinya adalah restoran untuk makan. Jika mau masuk ke kapal harus melewatu jembatan dan membayar Rp 15.000. Kita berdua cuma berkeliling di kebun teh sekitar kapal saja. Ternyata letak batu cinta ada di dekat kapal ini. Selain di kapal juga ada banyak penjual makanan dan minuman di pinggir danau. Hari semakin sore dan dingin, akhirnya kita berdua membeli kelapa muda dan bandrek. Hangat bandrek yang isinya jahe, susu, dan parutan kelapa cocok bersanding dengan udara dingin danau.









Ini dia Batu Cinta (dalam hati, ini?? hehe...)
 Ini dia nih batu Cintanya. Aku kira batunya seperti apa. Ya,,, ternyata batu..

Menikmati minuman hangat di tepi danau
 Daripada masuk ke kapal yang ramai dan penuh orang, aku lebih suka minum minuman hangat di warung tepi danau yang lebih sepi dan tenang. Sembari menyaksikan kabut perlahan turun menutupi perbukitan di pinggir danau. Merasakan udara yang semakin dingin, air dengan riak kecil dan membayangkan kisah cinta yang berakhir bahagia dari Raden Kian Santang dan Dewi Rengganis. 
Ranca upas ini dekat sekali lokasinya dengan kawah putih. Biaya masuk Rp 15.000 per orang ditambah parkir Rp 3000. Kawasan hutan lindung yang luas ini banyak digunakan untuk camping. Jika tidak membawa peralatan camping pihak pengelola juga menyediakan sleeping bag dan tenda. Sayang tidak sempat merasakan tidur di bawah langit Ranca Upas. Sepertinya patut dicoba.








Selain bumi perkemahan, ada kolam dan arena bermain air untuk anak-anak. Di samping kolam ada penangkaran Rusa. Tidak ada tiket masuk tapi bayar untuk membeli makanan rusa. Ada Wortel Rp 10.000/ikat, Kangkung Rp 5000/ikat dan strawberry. Tidak harus per orang beli. Boleh beli satu ikat saja. Rusa-rusa di Ranca Upas semuanya jinak. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan manusia. Kata bapak pengawasnya, mereka sudah tidak perlu memberi makan. La wong tiap hari dikasih pengunjung. Waktu datang ke sana ada satu rusa yang diajak untuk foto preweeding. Memang, suasana padang rumput Ranca Upas yang luas dengan warna-warni hijau, kuning dan coklat membuat kita serasa di negeri koboi atau gembala rusa.




Ada juga arena panahan, kalau ini bayar lagi. Panahan dengan standar bow jarak dekat. Patut di coba untuk yang penasaran soal panahan. Ada kebun bunga mini yang bisa buat foto-foto. Tapi hati-hati ya, jangan merusak bunganya.


Perjalanan dari Ujung Berung ke Kawah Putih, Ciwidey termasuk mudah karena banyak petunjuk jalan. Jalannya pun kebanyakan lurus saja, hanya jaraknya memang agak jauh, sekitar dua jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Kalau macet bisa tambah lama. Wisata Kawah Putih pintu masuknya berada di sebelah kiri jalan dari arah Bandung.


Sesampainya di pintu masuk, kita parkir motor di area bawah. Karena hanya roda 4 saja yang boleh naik ke parkiran atas. Harga tiket masuk Rp 20.000 plus ontang-anting (angkutan untuk naik ke atas) Rp. 15.000. Parkir bawah untuk motor Rp 5000. Setelah parkir motor ternyata helm harus dititipkan dan bayar lagi Rp 5000 per helm. Baru tahu pas nulis artikel ini kalau itu termasuk pungli. Sebenarnya kita kesel juga sih awalnya, harus parkir bawah dan wajib naik ontang-anting padahal jalan naiknya gampang tidak terlalu curam masih bayar penitipan helm. Harganya sama kayak biaya sewa itu helm selama 3 hari. Tapi ya sudah peraturan dan semua begitu, kita terpaksa menurut.

Perjalanan naik ontang-anting sekitar 10 menit. Setelah turun di parkiran atas aku dan Eka langsung menuju kawah. Harga barang-barang di Kawah Putih ini termasuk mahal. Balon sabun saja harganya Rp. 15.000. Dih.. di Situpatenggang saja cuma Rp 5000. Harga sabun dan produk lokalnya juga mahal. Kata Eka "Dari pada beli sabun belerang mending bawa pasir yang mengandung belerang itu saja" Terus aku jawab "Iya juga ya, buat sabun sendiri bisa". Hehe.. saking kesalnya dengan banyaknya item yang harus dibayar dan kebetulan pas dapet petugas kurang ramah.
Ontang Anting

Sampai di kawah rasa kesal kita cukup terobati dengan pemandangan indah. Hamparan berwarna putih dari air kawah dan pasir disekitarnya tampak pucat tapi anggun. Kawah yang tenang dengan gelombang air lembut karena angin dan asap yang bergerak perlahan adalah pemandangan yang menakjubkan. Sebagian pasir tidak hanya berwarna putih tapi juga ada gradasi dari kuning hingga hijau muda. Hati-hati menginjak pasir di tepi kawah karena tidak kuat menahan beban dan tidak bisa digunakan untuk berpijak.






Pohon yang langsung memikat hati



 Karena area jembatan dekat pintu masuk kawah ramai, kita berjalan ke sisi kiri yang sepi. Tempatnya agak berbukit dan banyak tanaman paku. Pemandangan dari atas bukit lebih bagus daripada hanya berada di pinggir kawah.


Seperti bukan kawah putih



Waktu kita ke sana cuaca tidak terlalu dingin, panas malah karena pas siang hari. Setelah dua jam berkeliling dan berfoto kita memutuskan untuk turun. Sudah mulai batuk-batuk tidak tahan dengan bau belerang yang cukup menyengat.


Kawah Putih yang Mempesona

by on July 25, 2018
Perjalanan dari Ujung Berung ke Kawah Putih, Ciwidey termasuk mudah karena banyak petunjuk jalan. Jalannya pun kebanyakan lurus saja, hanya...



Kisah Dayang Sumbi yang cantik dan anaknya Sangkuriang sudah ku kenal sejak SD dari buku bahasa Indonesia. Tapi baru kali ini benar-benar berkunjung ke Tangkuban Perahu. Itupun karena gagal ke destinasi pertama, gara-gara salah setting destinasi di Map. Awalnya dari Bandung kita pengen ke Cibodas. Berangkatlah aku berdua dengan kawan menuju Cibodas. Perjalanan mulai memasuki area hutan, kita terus melaju sembari menikmati pemandangan hutan pinus dan aroma pinus yang menyegarkan. Karena berangkat siang setelah mencari tempat sewa motor, kami berdua berhenti sejenak untuk makan di depan gapura desa Cibodas. Merasa sudah dekat dengan tujuan kita makan dengan santai sembari menikmati pemandangan hutan dan udara yang sejuk. Nasi timbel dengan aneka lalapan segar. Sebelum mulai makan bertanyalah kita ke mbak penjual "Teh, kebun Raya masih jauh ya?" Teteh penjualnya bingung "Kebun Raya? Di sini adanya Desa Cibodas". Deg... wah.. langsung periksa Map dan ketik Kebun Raya Cibodas. La dalah.. Salah kita mah. Cibodas dan Kebun Raya Cibodas beda. Duh baru sadar... Mana kalau ke Kebun Raya Cibodas masih jauh banget. Akhirnya ke Floating Market dan Tangkuban Perahu. Sebenarnya kita juga melewati air terjun dan pemandian air panas Maribaya. Tapi tidak berminat ke sana.

Lalapan Segar. Masih utuh, cuma ku pandang saja. ^^

Welcome di Desa Cibodas. Kesesatan yang nyata. Kita ke sini cuma numpang makan. Inilah yang namanya rejeki bisa datang dari mana saja. Kita jauh-jauh mampir makan di kedai Nasi Timbel. Ingat cerita Ustad Hanan, perjalanan jauh juga akhirnya cuma buat makan disebuah kedai. ^^

Balik lagi ke Tangkuban Perahu. Aku sangat menikmati perjalanan dengan suasana hutan pinus rindang dan udara dipenuhi aroma pinus. Salah satu aroma favorit yang menyegarkan. Semakin naik udara juga semakin dingin. Pakai baju hangat ya kalau ke sini.
Sampai Tangkuban Perahu sore dan kita disambut kabut yang pekat. Tidak kelihatan pemandangan kawah, dingin pula. Suasananya jadi temaram, sejuk, dan romantis. Matahari masih tertutup awan dan kabut. Kita parkir di dekat masjid besar.





Ada tiga kawah sebenarnya, tapi karena kabut tebal kita langsung menuju kawah Ratu. Di sepanjang jalan masuk juga banyak spot dengan pemandangan bagus dan pohon-pohon yang indah. Serasa musim gugur dengan pohon-pohon beranting coklat. Cantik banget. Di bagian atas ada banyak penjual aksesoris dan baju, bisa juga berkeliling naik kuda. Di bagian tengah ada kawah Ratu yang lebar. Awalnya tidak terlihat sama sekali karena kabut. Perlahan kabut memudar dan kawah mulai terlihat. Untuk melihat pemandangan kawah sudah ada bukit-bukit khusus dengan jalan yang mudah dilalui. Semua dipagari dengan pagar kayu, relatif aman dan nyaman.



Semakin sore dan matahari justru baru akan muncul
Tangkuban Perahu merupakan gunung berapi yang masih aktif. Terlihat asap di dasar kawah juga bau belerang. Tapi tidak terlalu pekat. Pulang dari Tangkuban Perahu sudah hampir jam 17.00 karena memang sudah jam tutup tapi justru mataharinya baru muncul. Jalan menuju Tangkuban Perahu lumayan menanjak tapi masih tergolong mudah. Jalannya juga bagus dengan pemandangan indah di kiri kanan jalan. Tidak terasa deh perjalanan.

Ala-ala
Berdasar mitos gunung ini ada karena perahu yang ditendang Sangkuriang, tangkuban perahu, perahu yang terbalik. Sangkuriang gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi. Mirip sekali dengan cerita Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso dari kerajaan Boko, Prambanan. Jaman dahulu orang bisa membuat apapun dalam waktu semalam ya.. Orang sakti mah bebas.. Mereka berdua, Bandung Bondowoso dan Sangkuriang sama-sama sudah berjuang demi wanita yang mereka cintai. Tapi sayang, takdir berkata lain. Kedua wanita itu tidak bisa membalas cintanya karena alasan tertentu. Orang sakti dan tampan mah bebas mau mencintai siapa saja. Tapi wanita juga bebas menentukan. Kesaktian, ketampanan, harta, kekuasaan... sebenarnya cinta tidak berawal dari semua itu. Cinta ya cinta saja. Itu kuasa Tuhan.

Floating Market merupakan salah satu tempat wisata popular di daerah Lembang, Bandung. Dari namanya saja kita bisa membayangkan apa yang ada di Floating Market. Jejeran kapal dengan aneka dagangan. Tapi ternyata bukan hanya itu saja yang bisa dinikmati pengunjung di Floating Market. Memasuki tempat wisata ini kamu akan disuguhi oleh berbagai macam budaya yang dihimpun menjadi satu area. Untuk dapat menikmati semua yang ada di area Floating Market, pengunjung memang harus membayar lebih. Setiap tempat menjadi item tersendiri dengan tiket masuk yang berbeda. Kalau hanya Floating Market tiket masuknya Rp 20.000 saja.

Masuk ke dalam Floating Market sajian pertama yang akan kamu lihat adalah rumah berwarna kuning mencolok dengan taman bunga yang indah, pintu masuk Rainbow Garden. Sangat instagramable untuk di foto. Di sampingnya ada pintu masuk ke Mini Town yang isinya adalah rumah warna-warni denga taman-taman bunga. Sangat mencolok dan bagus untuk background foto. Harga tiket masuknya Rp 25.000. Kalau mau masuk Rainbow Garden yang isinya aneka bunga warna-warni dan greenhouse. Harga tiket masuknya Rp 10.000. Banyak area bermain anak juga di kompleks Floating Market ini, ada taman kelinci, area outbond, kereta dan lain-lain. Dengan harga masuk di setiap arena tentunya.

Masuk ke Floating Market, kamu akan melihat taman dengan kolam dan air mancur kecil, lengkap dengan jembatan dan bunga teratai. Ada panahan mini dan penjual souvenir. Di bagian ujung tampak ada saung-saung yang masih kosong. Belum ada isinya tapi bagus juga untuk foto. Lama-lama di tempat ini bisa ngantuk deh. Sepi dan sejuk.

Rumah Kuning Lengkap dengan Taman

Taman Depan Pintu Masuk dengan beberapa Jembatan

Jadi ingat masa lalu. Suka bantuin nenek cari kayu bakar trus masaknya di tungku.


Di bagian ini isinya saung dari bahan kayu semua
Di dalam Floating Market ada banyak spot yang bisa dikunjungi. Mulai dari aneka permainan air seperti sepeda air dan perahu yang bisa digunakan untuk berkeliling danau. Selanjutnya ada area tempat makan yang semua kedai penjualnya berada di dalam perahu. Banyak banget makanan yang bisa dicicipi. Terutama makanan khas Bandung. Setelah melewati arena makanan ini, suasana akan berubah menjadi ala Korea dan Jepang. Selain kios pernak pernik kedua negara tersebut ada juga kios yang menjual aneka souvenir luar negeri. Macam-macam deh yang bisa di beli di sini. Untuk lebih merasakan suasana Jepang atau Korea kamu bisa menyewa Yukata atau Hanbok dengan harga Rp. 175.000 dan berfoto di daerah Kyotoku dan taman ala Korea.

Area Kyotoku



Setelah puas berfoto ria kamu bisa kembali menelusuri arena yang menjual aneka souvenir. Begitu melihat kedai Teh, langsung aku masuk ke dalam dan melihat teh apa saja yang dijual. Ternyata lengkap, ada teh putih hingga teh hitam. Juga ada produk olahan lain seperti coklat dan skincare. Langsung beli deh, teh dari kebun di Ciwidey.

Overall, masuk ke Floating Market ini kamu bisa merasakan suasana tradisional Bandung hingga suasana ala Jepang dan Korea, atau suasana eropa atau kebarat-baratan ketika di taman bunga dan Kota Mini. Campur aduk deh pokoknya. Lumayan bisa panen foto bagus buat kamu yang suka hunting foto.
Pohon Favorit ^^