Toleransi dan Memahami, Susah Gampang Sesuai Mood

Baru saja terjadi pertentangan kecil antara kedua teman kemarin sore. Aku, yang saat itu merasa lelah dan sedikit jengah mudah tersulut dan terbawa emosi, mendukung salah satu yang lebih dekat denganku, padahal belum tahu keseluruhan cerita. Yah,, kewajaran pertama adalah kecenderungan untuk memihak kawan yang lebih dekat, atau jahatnya yang lebih bermanfaat. Sore yang kusesali setelah pikiran lebih sadar. Aku yang berusaha untuk memahami setiap orang sering kali malah gagal paham. Bukankah seharusnya aku menelusuri keseluruhan kejadian baru memberikan kesimpulan dan saran? Maaf, ternyata aku masihlah labil dan jauh dari kebijaksanaan.

Begitulah... sedikit cerita yang membuatku berfikir semalaman. Bukannya membuka jurnal untuk revisi thesis, malah asyik membaca buku kepribadian. Aku tidak yakin, aku berjalan di jalan yang benar atau sedang tersesat dan keblinger dengan buku bacaan. Ah,, sudahlah,, kunikmati saja membaca hingga lelah. Meski tak paham banyak.

Aku yang merasa tidak peka ini, mencoba untuk lebih memahami orang-orang. Tapi sulitnya bukan main. Disaat mood sedang jelek, lelah, letih, lesu, lunglai rasanya rasa tidak peduli lebih mendominasi. Kenapa juga aku memikirkan meraka? Toh sendirinya berkepribadian di luar normal atau nalar. Apalagi yang menyimpangnya lebih ke arah negatif dan menjengkelkan orang-orang sekitar. Ada saja, dalam suatu perkumpulan ada orang anomali yang sering jadi bahan gosip karena perilaku dan tingkahnya cenderung kurang disukai. Padahal bisa saja karena dianya tidak peka, polos bin lugu, atau kurang ilmu pengetahuan cara berinteraksi dengan orang. Atau mereka adalah orang jenius dengan dunia sendiri atau bahkan seseorang dengan pemikiran liberal. Banyaklah jenis anomalinya. Alih-alih memberi saran justru jadi bahan omongan dibelakang. Memuakkan kadang... tapi apa boleh buat, aku seringkali juga terbuai sedapnya gosip. Aku bukan si baik hati tanpa dosa.

Melihat seseorang sebagai individu, lalu memahami mereka satu-satu itu sungguh berat kadang. Lebih mudah jika memandang mereka dalam satu keseluruhan, bahwa manusia sejatinya banyak cela. Pasti ada kurang dan lebihnya, baik buruk tingkahnya.

Aku sendiri tidak pandai bicara, hanya mencoba memahami dan tidak memperburuk situasi. Mungkin golongan orang yang tidak bisa banyak memberi saran, hanya mungkin bisa jadi pendengar. Yah.. untuk sementara hanya itu yang bisa kulakukan. Mencoba lebih sabar dan mengerti. Juga... lebih melihat sisi baik orang-orang. Ah.. terdengar naif.. BIarlah..

Kalau kamu... orang yang seperti apa? Apa yang kamu pikirkan tentang hubungan dan sikap orang-orang?

No comments:

Post a Comment