SIM 2013 Goes ke Semarang

Akhirnya setelah tahun lalu sempat tidak ada acara jalan-jalan bersama, kali ini terlaksana juga. Dengan bus 50 sheet yang diisi sekitar 30 orang perjalanan terasa menyenangkan menuju kota semarang. Tujuan pertama adalah NASAFOR (Nano Science Forum) UNDIP. Setelah sampai di sana ternyata juga ada kunjungan dari UB. Namun kami tidak sempat melihat presentasi dai UB karena datang siang hari. Kami disambut hangat oleh teman-teman NASAFOR . Diawali dengan goyang caesar bersama untuk membuka acara sesi ke dua. Dipimpin sendiri oleh ketua NASAFOR yang tidak terduga dan tidak diikuti oleh anak-anak SIM yang masih malu-malu. Kami tidak menyangka orang yang sejak awal sangat bersemangat dan kocak menyambut kami, sampai-sampai paling semangat dan heboh goyang caesarnya itu adalah ketua NASAFOR yang prestasinya sudah dapat diacungi jempol. 

Kesan pertama yang cukup mengjutkan bagi kami yang belum tahu. Memang, kadang ketua forum atau UKM ilmiah itu justru aneh-aneh dan dengan bangga menyebut diri sendiri aneh. Kebanyakan dari orang-orang yang pernah saya temui di berbagai tempat, orang-orang yang aktif berkompetisi dan memiliki gagasan hebat bukanlah sosok yang serius, kalem, pendiam, kutu buku atau kaku. Justru mereka adalah orang-orang yang sangat bersemangat, terbuka, memiliki humor yang bagus dan nyleneh. Tidak terlihat bahwa sebenarnya mereka pemikir yang kritis dan kreatif. Hal itu terlihat ketika sudah serius berdiskusi, presentasi, atau melihat karya-karya mereka. Bertemu dengan orang-orang seperti itu merupakan pemicu semangat untuk selalu belajar dan berkarya serta penambah pengalaman. 

Dari presentasi yang sudah disampaikan senior NASAFOR, ada satu kesimpulan yang saya peroleh. Akseleras kemampuan. NASAFOR memiliki sistem sertifikasi untuk setiap anggota. Ada lima tingkatan yang yang harus dipenuhi oleh setiap anggota. Dan tidak main-main, disetiap tingkatan ada kompetensi khusus yang harus dimiliki untuk lulus. Seperti pengetahuan tentang nano, dapat menulis karya tulis ilmiah, melakukan publikasi nasional dan internasional, menjadi juara tingkat nasional dan masih banyak lagi. Dengan tingkat kesulitan yang semakin besar, kemungkinan untuk lulus disetiap tahap saat ini masih kecil mungkin. Namun, dengan terus konsisten meningkatkan kemampuan bukan mustahi beberapa tahun ke depan akan semakin banyak anggota yang lulus dengan waktu yang lebih singkat. Sistem yang baik meskipun sulit pada awalnya, jika terus konsisten bukan berarti tidak mungkin. Bukan sistemnya yang harus ditiru oleh SIM. Tapi semangat dan ketegasan untuk meningkatkan kualitas diri yang harus selalu ditekankan dan dimiliki para anggota.





Kunjungan selanjutnya adalah Lawang Sewu. Sore hari kami tiba di sana dan berkeliling di temani pemandu. Dari pemandu tersebut kami mendapatkan penjelasan tentang sejarah dan konstruksi bangunan. Lawang Sewu yang dulunya merupakan stasiun kereta api saat ini menjadi tempat wisata sejarah yang terkenal dengan suasana yang mistis. Karena tempat tersebut pernah digunakan untuk menyiksa tahanan. Selain sejarahnya, yang paling menarik bagi saya adalah konstruksi bangunan peninggalan Belanda. Sebagian besar bahan bangunan berasal dari Eropa. Tentu bangunan tua, yang juga dapat ditemui di berbagai tempat di Indonesia seperti kota tua di Jakarta memiliki gaya yang sangat berbeda dengan konstruksi rumah saat ini. Namun meski termasuk bangunan kuno, ternyata konstruksinya sudah modern dan efisien dibandingkan dengan rumah saat ini. Sehingga bangunan tersebut masih dapat berdiri kokoh.

Dimulai dari ruang bawah tanah yang berfungsi ganda, untuk menampung limbah air dari seluruh rumah kemudian air tersebut dapat menjadi pendingin rumah. Berbeda dengan rumah sekarang yang membuang limbah ke selokan dan menggunakan AC sebagai pendingin ruangan. Tidak jarang banyaknya selokan yang tidak tertata dengan rapi justru menimbulkan bau dan menjadi penyebab banjir. Bangunannya pun sangat kokoh karena dibangun dengan bahan-bahan yang berkualitas dan konstruksi yang baik. Yang menarik lagi adalah jendela yang terbalik menggunakan kaca asli yang tipis. Jendela dengan engsel di atas berfungsi sebagai penyaring udara, menyulitkan pencuri untuk masuk rumah, dan menyediakan tempat yang lebih luas di bawah jendela tanpa takut terbentur jendela. Kaca yang tipis berfugsi untuk mengeluarkan panas dari ruangan. Itulah sebagian kecil dari kelebihan konstruksi jaman dulu yang bisa bertahan hingga puluhan bhkan ratusan tahun.

Setelah puas berkeliling, kunjungan terakir adalah rumah Avrina. Terimakasih banyak untuk keluarga Avrina yang sudah menyambut kami..^^ Rumah Avrina berada di daerah rob yang bisa terkena banjir kapan saja. Sehingga penduduk di sana harus meninggikan rumah secara swadaya agar tidak terkena banjir Akibatnya, semakin lama bangunan semakin pendek karena terus di ditinggikan tanahnya. Ada rumah yang sudah menyerupai rumah kurcaci. Mini house. Entah sampai kapan penduduk akan tetap bertahan dengan metode meninggikan tanah. Karena semakin lama tinggi air laut akan meningkat seiring dengan pemanasan global yang menyebabkan es mencair. Jadi harus ada solusi jangka panjang untuk penduduk di daerah rob.

Setelah makan bersama, kita pulang ke Solo dengan hati gembira...

Juga ada dua kejadian yang menarik,
Pertama Wahyu ketinggalan di Pom Bensin karena kami sibuk menikmati lagu Butiran Debu dan tidak ada yang sadar Wahyu tidak ada ( Kasian sekali,,). Akhirnya di jemput tukang ojek. Untung tidak ngojek sampai Semarang,,, ^^
Dua tarif parkir bus di sekitar Lawang Sewu yang mencapai 50.000 (yang benar saja). Untung ada Agus, sebagai mahasiswa teknik sipil yang tahu aturan di jalan dan kota, dia menolak membayar parkir macam mahasiswa mau demo. ^^ Akhirnya,, tak jadi bayarrr,, Begitulah, karena tahu ilmu dan aturan yang benar kita harus berani tegas. Bukan malah ikut-ikutan.

No comments:

Post a Comment