Manusia dan Ciptaan Lainnya

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, dilengkapi dengan akal. Sudah semestinya manusia menjadi penjaga dan pengguna. Dua kewajiban agar kehidupan selalu seimbang dan berjalan dengan teratur. Manusia hidup sangat bergantung dengan alam dan mengambil energi dari kehidupan lain. Tumbuhan, hewan, kekayaan dan energi alam semua ditambang. Sebagai makhluk digdaya tidak jarang ada yang suka meremehkan bentuk kehidupan yang lebih kecil. Semut misalnya, rumput-rumput liar, cacing, dianggap keberadaan yang remeh dan kurang berarti. Padahal dirinya juga belum tentu lebih baik. Bukan hanya makhluk lain yang jadi sasaran, tapi manusia juga. Merasa diri superior. Meihat tukang koran di jalan "Dih.. hidupnya susah". Melihat pengemis "Gembel pemalas". Melihat preman "Ya ampun.. sampah masyarakat". Sering sekali merasa lebih baik. Merasa ya.. merasa

Setelah merasa lebih baik dengan ringan hatinya buang sampah sembarangan, dengan santainya merokok di sembarang tempat, dengan bahagianya bergosip, dengan ringannya mengambil hak orang, dan seabrek perbuatan yang dianggap sepele lainnya. Ukuran lebih baik itu apa sih? Ada pakemnya ya di dunia manusia? Sepertinya sekehendak hati saja atau sekenanya.

Kalau dipikir lagi, malu ah merasa superior. Coba air bersih jadi langka, hancur dunia. Coba tanaman-tanaman tidak mau tumbuh, ngambek. Atau tanahnya yang ngambek. Atau udaranya yang ngambek. Penuh sampah dan polusi. Bisa apa?



Ketika ngajak satu orang untuk tidak buang sampah sembarang, bawa botol minum sendiri, ganti alat makan dengan bahan kayu... katanya "Alah.. kita-kita ini mana ngaruh sih? Kecuali orang sedunia melakukannya juga". Duh.. nunggu orang sedunia. Berat.






Padahal tidak mengapa juga memulai dari diri sendiri. Meski kurang berpengaruh terhadap dunia, terlalu luas juga lah kalau dunia. Setidaknya perilaku baik itu berpengaruh untuk diri sendiri. Jadi lebih peka, lebih peduli, jiwanya jadi lebih lembut dan halus. Nanti kalau lihat semut gambarannya bukan lagi sekadar hewan kecil. Tapi bisa melihat semut kecil selayaknya makhluk hidup punya nyawa ciptaan Tuhan. Gitu sih. Tapi aku tidak bilang. Cuma mbatin.


Bumi itu cuma satu. Belum ada gantinya meski sudah banyak orang berilmu dan berduit mencari tempat hidup lain. Disayang-sayang kayak sayang sama pacar baru. Dirawat kayak anak baru lahir. Dilayani kayak suami. "Lo, apa yang perlu dilayani?". Dibuatkan teknologi yang ramah lingkungan, bukan melulu untuk kepentingan.








No comments:

Post a Comment