Seninan di Rumah Maguwo selalu bermakna. Ada saja hal unik yang terjadi. Kali ini juga, setelah meditasi bersama Mas Rangga lalu ditutup dengan soundbath bersama Bu Janti. Hal lucu terjadi, dan pasti bukan kebetulan.

Sesi pertama adalah meditasi rasa raga bareng mas Rangga. Meditasi rasa raga adalah meditasi untuk menelisik seluruh tubuh. Ada dua sesi meditasi yang kami lakukan. Pertama sesi untuk menjadi lebih tenang. Bagian pertama ini rasanya benar-benar nyaman. Setelah beberapa hari rasanya berat dan gak fokus buat meditasi sendiri.

Gentarasa Foto from Instagram @rumahmaguwo

Sesi kedua adalah meditasi dengan menelusuri setiap bagian tubuh. Semuanya tanpa terkecuali. Menyapa bagian-bagian tubuh yang setiap hari selalu membersamai tapi sering terlupakan. Menyapa kepala, leher, lengan, jari-jari hingga kaki.

Setiap orang bisa saja merasakan sensasi yang berbeda. Mungkin ada yang terasa sakit, kaku, panas bahkan mati rasa. Aku sendiri pas sampai ke tubuh bagian kanan rasanya berat banget di pundak. Kayak badanku berat sebelah.

Tapi ya udah, kata mas Rangga amati saja dan sadari setiap rasa yang muncul. Jadi ingat sholat Dhuha ya buat muslim. Kan sholat ini bisa digunakan untuk sedekah setiap persendian. Nah, mirip-mirip sih menurutku. Intinya kita menyadari dengan detail bagian-bagian tubuh. Gak cuma butuh disedekahin, tapi juga bakalan seneng kalau dapat ucapan terimakasih dan perhatian.
Kalau gak salah ini bisa melatih kepekaan juga untuk seluruh tubuh.

Sesi kedua soundbath bareng Bu Janti. Dari denting pertama udah kerasa banget vibrasinya di kepala, menjalar ke seluruh tubuh. Seiring dengan bergantinya singing bawl yang digunakan. Rasanya tuh geli-geli gimana gitu dan kayak getaran suaranya tuh masuk ke dalam tubuh. Telinga berdenging juga.

Menyenangkan sih sebenarnya. Aku suka soundbath dan paling favorit memang singing bawl dan flut. Kalau live getarannya terasa banget. Sampek badan tuh masih gemeteran meski sesi soundbathnya udah selesai.

Foto bareng Foto dari @rumahmaguwo

Kejadian unik kali ini adalah, aku pakai gelang tenun. Pakainya ditali donk di tangan. Ikatannya lepas. Gak cuma gelang, jilbab yang kutali ke belakang juga ikatannya lepas. Bahkan scraft di tasku ikatannya juga lepas. Padahal tasku lumayan jaraknya di kursi. Lagian kita juga dari tadi cuma duduk meditasi dan dengerin soundbath sambil tiduran. Ikatan gelang sama jilbabku sampek lepas.

Lalu, pas seninan badan tuh rasanya gak enak. Mau flu gitu. Habis seninan sembuh. Udah gak bersin dan batuk-batuk lagi. Sehat dan hati damai lah rasanya.

Oya, soal sembuh tanpa obat ini, pernah aku sakit telinga. Gak tahu kenapa, belum pernah sebelumnya. Terus aku sembuh setelah dikasih obat sama  healer pohon. Seorang mbak yang empathy pohon bilang emang bisa gitu. Nah, percaya gak sih? Aku punya beragam cerita soal makhluk-makhluk hutan. Tapi memang kayak dunia fantasi.

Balik lagi ke seninan. Sampai kosan aku berfikir, apa sih yang harus ku letting go kok ya tandanya keras banget. Apa sih PR yang belum selesai?? Mikir banget aku tuh. Sampai seminggu kemudian, aku mendapat informasi yang bikin aku sadar. Sesuatu yang salah terjadi.

Aku pun dapat info itu dari orang yang gak sengaja kenal. Amazing banget cara Tuhan dan semesta alam ngasih info. Rasanya kayak tamparan keras untuk sadar.

Aku bakal ceritakan soal pesan semesta dan intuisi di tulisan selanjutnya. Apa artinya bagiku dan seberapa intensnya pesan-pesan random itu muncul. Kepanjangan kalau sekalian cerita.


Nyanyian Akar Rumput adalah film dokumentasi berdurasi panjang tapi tidak membosankan. Bagian demi bagian tersambung dengan apik. Berbalut dengan lagu Merah Bercerita.

Kisah-kisah masa lalu, seperti masa kecil Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah muncul di sela-sela cerita dari anggota keluarga dan anggota Merah Bercerita.

Hingga kini, Merah Bercerita dan segenap keluarga Wiji Thukul, terus berjuang. Meski lelah tapi tidak pernah berhenti berharap.

Nyanyian akar Rumput
Poster Film Nyanyian Akar Rumput

Nyanyian Akar Rumput adalah film dokumenter Indonesia. Dibuat pada tahun 2018 dan disutradarai oleh Yuda Kurniawan. Film ini mengambil judul dari salah satu puisi Wiji Thukul yang dibuat di tahun 1988.

Wiji Thukul sendiri adalah seorang sastrawan dan aktivis HAM yang dihilangkan oleh rezim pada tahun 1998. Bersama belasan aktivis yang hilang.

Film ini cocok menjadi media mengenal sejarah perjuangan HAM dan orde baru. Bagi anak muda masa kini. Agar paham bahwa kebebasan saat ini biayanya sangat mahal. Bahkan ada luka yang masih menganga dari keluarga orang yang hilang tak tentu rimba.

Sang sutradara, Yuda Kurnawan dan Fajar bertemu pada tahun 2013  dalam acara Asean Literary Festival di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

Proses pembuatan film ini cukup panjang dari 2014-2018. Dari setiap bagian film, terlihat kesabaran dan keseriusan Yuda mengikuti kehidupan Fajar Merah dan keluarganya.

Tokoh utama dalam film ini memang adalah Fajar Merah. Fajar yang tidak mengenal sosok ayahnya, sempat kehilangan arah dan tenggelam dalam amarah.

Kakaknya, Fitri, bercerita dalam film tersebut bahwa Fajar yang msaih belia sempat menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat tangannya. Juga menuliskan semua pikirannya tentang Wiji Thukul di tembok.

Fajar Merah yang meganggap bahwa tidak ada peran bapak dalam hidupnya justru selalu disangkut-pautkan dengan Wiji. Betapa hebat bapaknya itu.

"Sangat menyakiti, hanya dua tahun bersama tidak ada ingatan," ungkap Fitri dalam film Nyanyian Akar Rumput.

"Bapak tidak punya peranan dalam kehidupan Fajar," lanjut Fitri.

Fitri juga bercerita bahwa Ibunya pun sempat depresi dan tidak bisa fokus megurusi keluarga.

Dalam film ini memang banyak diceritakan bagaimana kesedihan dari anggota keluarga yang ditinggalkan. Hingga sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Tapi di tengah ksedihan dan kecewa itu, mereka masih berharap. Masih bertahan untuk berjuang dan mencari kebenaran.

Merah Bercerita
Lirik Lagu Kebenaran Akan Selalu Hidup Merah Bercerita

Merah Bercerita adalah band yang dibentuk Fajar dengan teman-temannya. Menggunakan alat dan studi sederhana mereka terus berkarya hingga kini.

Band ini mendapatkan support sepenuhnya dari keluarga Fajar. Bahkan anggota bandnya juga merasa, Merah Bercerita dengan kaluarga Fajar Merah adalah keluarga dan rumah kedua.

Ketika terjun di dunia musik, Fajar Merah merasa telah menemukan dunianya. Dari sinilah proses memahami sang Ayah dimulai.

"Menemukan dunia musik, mencari jatidirinya di dunia itu," ungkap Fitri.

"orang yang dia kagumi, mengagumi bapaknya. Akhirnya mencari tahu soal bapaknya. Tidak keberatan lagi menyebut nama Wiji Thukul," lanjut Fitri.

Bersama band Merah Bercerita yang terbentuk tahun 2010 serta dengan dukungan keluarganya, Fajar Merah mulai menbuat lagu dari puisi-puisi sang Ayah.

Dia ingin terus menyuarakan puisi-puisi sang Ayah. Sebagai bahan introspeksi dan untuk dibagikan kepada banyak orang.

"Bahwasanya Wiji Thukul ini seorang penyair yang dihilangkan pemerintah karena dia menulis pisi itu," kata Fajar

"Dia adalah pribadi yang, seorang sevivor yang hebat. Dalam arti, pada waktu sebelum dia menjadi seperti ini dia adalah orang yang tidak suka disangkutpautkan dengan bapak. Merasa terganggu dan membuang waktu disangkutpautkan dengan bapak," kata Fitri.

Sipon, ibu Fajar dan Fitri mengatakan kalau lagu yang dibuat Fajar, meski dari puisi Wiji, tetap ada yang berbeda.

Lagu-lagu yang dibawakan Fajar ada segi romantisnya, bukan hanya menggambarkan perlawanan. Di dalm film juga ada bagian Merah Bercerita akhirnya membuat album untuk lagu-lagu mereka.

Menonton film ini sungguh menguras emosi, tapi hasilnya bukan membenci. Justru harapan baru untuk keadilan dan semangat untuk ikut serta menceritakan.

Kisah-kisah orang yang berjuang di kala 98 itu. Semoga segera ada kejelasan.


Minggu, 19 Januari 2019. Tiba-tiba seorang teman menghubungi, katanya mau ketemu. Kira-kira sudah 8 tahun kami tidak bertemu secara langsung. Hanya berteman di media sosial. Amazing banget dia hanya beberapa jam ke Jogja untuk bertemu denganku.

Amazing lagi dia masih ingat dulu jaman SMA aku suka nunggu bus pagi-pagi sendirian sambil baca buku. Salah satunya Harry Potter. Gimana lagi, koleksi perpustakaan gak ada buku filsafat! Kalau ada, ya aku tetep baca buku Harry Potter. Haha ...

Dulu sungkan menyapa, karena tidak hanya terlihat pendiam dan cuek, aku juga tampak galak dan sinis. Sampa dia heran aku bisa bercanda ketika ngobrol langsung.

Astaga.. baik aku tuh, cuma bakat jahat aja. Sombong dari DNA.

Kita sama-sama bekerja di industri kreatif. Aku menulis dan dia di dunia musik. Temanku ini gak nyangka sebagai cewek aku bisa bedain Noise dan Undergroud. Juga lebih suka kopi tubruk 5 ribuan dari pada ala café.

Enak tur murah loh ya.

Aku membayangkan, persona seperti apa yang terbentuk di imajinasinya tentangku. Ini menarik juga.

Kami membahas banyak hal. Tentang idealis dan realitis. Karena kami sama-sama bekerja di dunia kreatif. Dia bidang seni. Kalau mau idealis gak banyak uang, kalau ngejar uang harus kurang-kurangi idealis. Ikut saja maunya klien.

Buat kamu yang idealis kan juga harus realistis toh? Uang bukan segalanya memang. Tapi ya tetep butuh. Ngopi butuh duit Rek … Rokok an ya butuh duit, bagi yang merokok.



Aku sendiri, punya beberapa platform untuk menulis. Ada yang khusus buat kerja ada yang suka-suka. Bahkan media sosial juga. Ada yang buat umum ada yang very privat. Temanku ini salah satunya yang ada di circle media sosial very privat. Dia bilang, aku punya sisi yang sangat berbeda.
Ya, aku memang punya beragam topeng persona. Kubilang padanya, aku malas menjelaskan. Yah, lebih mudah menyesuaikan.

Temanku ini melihatku melakukan apa-apa yang aku suka dengan ‘lancar’. Kesannya baik-baik saja hidupku ini. Sekolah, kuliah, beasiswa, kerja, semua seperti mengalir begitu saja.

Unch, tentu saja kubantah. Mana ada hidup sempurna baik-baik saja.

Soal pencapaian, kita juga membahas soal jadwal dan waktu. Bagiku, hidup itu santai tapi selesai. Tetap punya jadwal mau ngerjain apa. La yang dijadwal aja suka meleset apalagi kalau gak ngatur jadwal toh?

Bagiku hidup yang santai itu bukan berarti mengalir begitu saja ikut arus. Tapi juga mikir mau lewat arus sungai mana, kecepatannya berapa, ada batu di sebelah mana, ada buaya apa gak dan sebagainya. Tetap bekerja keras dan sungguh-sungguh, tapi kalau gagal ya udah sih. Nah, santainya di sini. Usaha ya tetep.

Pertanyaan yang gak kuduga dari dia adalah arti Prema Priyata Kama. Aku dapet dari buku. Udah lupa lagi bukunya apa. Dia nanya, kenapa dari ‘Hidup seperti semilir angin, meyejukkan meski hanya sesaat’ ganti jadi ‘Prema Priyata Kama’.

Aku baru nyari artinya setelah dia tanya loh. Awalnya mau aku bahas ditulisan ini. Ternyata susah banget nyari referensinya. Dapet sih, tapi susah juga dicerna. Kalau ada yang bisa jelasin atau ada referensi bisa komentar yak. Heuheu …

Jadi tiga kata itu ambil dari sebuah buku. Artinya sama-sama cinta. Di buku itu.

Prema (Cinta kepadaNya), Priyata (Cinta alam semesta), Kama (Cinta manusia). Kenapa aku ganti, karena Hidup seperti semilir angina itu ide yang aku dapat ketika aku berfokus pada diriku sendiri. Pencarian yang titik utamanya adalah aku dan apa yang bisa aku lakukan. Yah, menyejukkan meski hanya sekejap itu artinya aku hanya ingin bermanfaat dalam hidup yang singkat. Saat itu.

Perjalanan-perjalanan membawaku pada pemahaman tentang hubungan dalam kehidupan. Aku, alam semesta dan Tuhan. Saling terkait. Lalu cinta adalah kekuatan luar biasa yang dianugerahkan Tuhan pada segala ciptaanNya.

Jadilah pas nemu Prema Priyata Kama akan menjadi pengingat tentang hubungan Cinta Tuhan, Semesta dan Manusia. Yang bisa saja aku pelajari sampai mati.
Terimakasih ya Bro, untuk percakapan yang seru. See u …


Menilik album kehidupan menjadi tema Seninan kali ini. Sebagai pengantar untuk album baru 2020. Kami diajak untuk kembali menilik masa lalu, kembali ke masa kini dan merencanakan masa depan lewat jendela gambar-gambar.

Metode yang digunakan namanya Visual Art Therapy Points of You dipandu oleh Ibu Hendri Wijayatsih. Ini pertama kalinya bagiku pakai metode ini.

Seninan Rumah Maguwo (Instagram @rumahmaguwo


 Pertama kita duduk melingkari kartu-kartu Points of You  yang di tata di tengah ruangan. Ada tiga macam kartu yang ditata. Kartu wajah hitam putih, kartu berawarna, dan kartu berwarna yang ada tulisannya.

Bu Hendri membagikan secarik kertas berisi tiga kolom. Kita diminta untuk mengisikan satu fokus saja sebagai judul. Misalnya fokus studi, pekerjaan, asmara, dan lain sebagainya. Bebas sesuka hati.

Di kolom pertama isinya mengenai refleksi apa saja yang sudah dialami atau terjadi di masa lalu. Kolom kedua isinya apa yang dirasakan atau tentang keadaan saat ini. Untuk membantu proses refleksi kita diminta mengambil tiga kartu Points of You untuk kolom pertama dan kedua.



Kolom ketiga isinya apa yang akan dilakukan ke depannya. Tapi cara ambil kartunya beda. Setiap orang mengambil satu kartu lalu diberikan secara acak kepada peserta lain. Kalau masih belum puas dengan kartu yang dikasih sama temen, boleh ambil satu kartu lagi.

Terakhir, Bu Hendri membagikan satu kartu Points of You yang isinya pertanyaan.

Ini adalah kartu Points of You yang aku ambil.


Fokus yang aku pilih adalah tentang perjalanan yang sedari awal aku niatkan. Aku prediksi juga kemungkinan akibat yang akan timbul. Perjalanan yang membawa banyak perubahan.

Tiga kartu pertama ada rangkuman masa lalu 2019, tiga kartu di bawahnya gambaran saat ini dan dua kartu berikutnya adalah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Surprise banget dikasih teman, random, dapatnya kartu bertuliskan ‘bersalah’.

Iya aku memang tidak menyesali semua yang telah terjadi dalam perjalanan 2019. Aku tahu resiko dan sebab akibatnya. Hanya saja, jauh di dalam lubuk hati (heya…) aku juga merasa bersalah. Demi mendapatkan apa yang aku inginkan ada hal-hal yang harus dilepaskan, waktu yang aku gunakan untuk mencari membuatku melewatkan kesempatan. Itu harus mulai kubayar tahun 2020 ini. Rasa bersalah yang coba aku pendam eh malah terpampang nyata lewat kartu.

Berat sekali sesi ini ya Tuhan.. hehe..

Kartu kedua yang kuambil tulisannya ‘kreativitas’. Aku sering banget dapet kartu model begini. Memang yang harus aku kembangkan adalah membuat karya dengan kreativitas. Melahirkan apa-apa yang belum sempat dilanjutkan.

Astaga, cocok benar ini kartu-kartunya.

Lalu kartu terakhir bikin lebih surprise lagi. 

“Apa yang aku harapkan dari diriku?”

Pas banget malam sebelumnya aku ngobrol sama diri sendiri sebelum tidur. Bertanya pada diriku:

“Sebenarnya Wardha itu kayak apa sih orangnya?”

“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”

“Apa yang ingin kamu raih, diriku?”

Dan pertanyaan-pertanyaan refleksi lainnya. Rasanya pertanyaan pas seninan jadi pamungkas.
Bagiku hidup sangat dinamis. Sekarang begini, la kalau besok Tuhan minta aku pindah jalur kan juga belum tahu. Ya harus Siap Tuhan! Dengan nego-nego lah dikit kalau susah… hehe…

Kartu favoritku

Sesi terakhir adalah membuat poin-poin apa yang akan dilakukan dalam waktu 24 jam, satu minggu dan satu bulan.

Aku suka Visual Art Therapy Points of You ini, selain menggambar ternyata main foto asyik juga. Ya sama sih kayak kartu Tarot. Gambar-gambar itu, secara tidak kebetulan membentuk cerita. Bahkan mengulik bagian terdalam dari pikiran dan perasaan. Menguak memori yang disimpan dan disembunyikan.

Penasaran kan kok bisa? Kok bisa? Nanti ya kita bahas di lain sesi (kalau ingat)



Habis nonton film Imperfect kemaren terus dikasih stiker sama eSJe bertuliskan “Perempuan Merdeka” jadi pengen sharing cerita. Mozaik yang masih nempel diingatanku sampek sekarang. Tapi bersyukur bukan jadi memori yang membebani. Jadi cerita unik masa lalu. Berkontribusi dalam membentuk aku yang sekarang.

Kamu juga bisa, jadi wanita kuat.

Dulu aku sempat jadi korban bully dan ejekan teman-teman.
Hiyaaaa… dramatis kan?

Pas masih SD dan SMP, masih ingat banget aku sampek sekarang. Gak cuma di sekolah bahkan di rumah juga. Kurang ajar benar anak-anak kucrit itu.

Pernah diganggu anak nakal di sekolah, anak cowok. Tahu lah ya gimana ngeselinnya diisengin. Hingga suatu hari dia, yang badannya lebih gede dan tinggi dari aku, dateng pas istirahat. Aku lagi main sama temen cewek di samping sekolah.

Waktu itu ada kayu berduri gitu kan, samping sekolah kebun. Kuambil, pura-pura aja mau kupukul. Aslinya sih aku gak suka berantem dan konfrontasi. Pas ketemu lagi, dia ngomong sesuatu, aku cuma menatap dan diem aja. Sejak itu aku gak ada ingatan lagi soal gangguan dia.

Terus bulan Ramadhan, aku juga frustasi sama anak cowok yang suka gangguin di masjid dan coret-coret buku Ramadhan.

Jadi ceritanya, kan tiap bulan Ramadhan tuh tugas wajibnya adalah minta tanda tangan di buku Ramadhan. Nah, tiap habis tarawih dan sholat subuh bukuku pasti di coret-coret. Dengan beragam kalimat ucapan salam dan entah apalagi aku sampek lupa. Ini bikin aku frustasi juga sampek gak berani ke masjid.

Masih ingat banget juga sempat sembunyi di rumah bude. Jadi masjid samping rumahku punya budhe sendiri. Dicariin sama anak-anak cowok bandel itu habis tarawih. Takut aku waktu itu. Sungguh. Sampek buku Ramadhanku penuh tip ex buat hapus tulisannya. Dapet surat cinta segala dan beragam kejadian menyebalkan lainnya.





Sejak kejadian waktu SD itu, aku mikir. Gak bisa nih diam saja. Aku harus melawan! Jadi wanita kuat! Hehe… Kalau mau melawan harus kuat donk. Jaman SD aku masih anak pendiam (ahem), takut gelapnya malam, belum kuat mental menghadapi anak nakal deh. Hehe..

Maka aku harus kuat secara fisik dan mental. Anak-anak yang gangguin aku pas Ramadhan itu kumarahin, kalau berani dekat-dekat kupukul, kulempar petasan. Entahlah apa lagi yang kulakukan saat itu untuk melawan.

Petasan adalah barang wajib punya pas Ramadhan btw. Ada kebiasaan habis subuh anak-anak yang pergi ke masjid itu gak pulang tapi juga gak ngaji. Jalan-jalan pagi donk sampek 2 Km keliling kampung. Bawaan wajibnya petasan sama korek api. Hiyehehe…

Sejak SD aku juga pakai strategi berteman dengan anak preman sekolah. Yah, bukan berteman baik sih, hanya menjaga hubungan baik. Ini kuterapkan sampek SMP. Anak-anak nakal itu jadinya gak pernah macem-macem dan minta uang sama aku. Ketika berinteraksi sama mereka pokoknya, sekali lagi aku gak boleh kelihatan lemah. Harus menunjukkan kalau kita setara dan gak perlu takut. Jadi wanita kuat dan mandiri.

Meski dalam hati ya ada takutnya tapi berhadapan dengan orang-orang yang sok dan menyebalkan itu harus punya bargaining power. Hem, gimana ya nyebutnya, punya hawa keberadaan yang kuat gitu deh. Jadi wanita kuat gitu. Hehe…

Nah, kayak gini harus dilatih. Fisik harus kuat mental juga dilatih. Kejadian yang menimpaku masih standar lah ya gak parah. Temen-temen nakal di lingkunganku juga gak terlalu kuat atau jahat. Lebih susah lagi pastinya jaman sekarang yang anak SD SMP aja bisa brutal.

Yah, mau gimanapun keadaannya, jadi kuat fisik dan mental itu penting. Carilah cara latihan dan metode yang sesuai.

Aku sendiri belajar self defense sederhana. Pernah belajar beladiri dulu, ya meski udah lupa sekarang tapi masih ingat lah cara nendang atau mukul orang dan mana titik lemahnya, belajar pakai senjata, koleksi menyimpan benda tajam, olahraga, dan menerapkan pola hidup sehat hingga sekarang. Jadi wanita kuat wanita hebat. (Halah.. malah slogan)

Jadilah wanita kuat bukan jahat.

Soal tinggi badan. Jangan dikira tinggi itu bebas bully. Big NO! Jadi tinggi di kelas itu gak luput dari ejekan dan penolakan.

Tapi yah, bodo amat. Sejak kecil aku udah belajar jalan lurus ala model. Aku dulu gak tahu dapat inspirasi darimana. Nonton runway juga gak pernah, pengen jadi model juga gak sih. Cuma asyik aja bisa jalan lurus ala wanita-wanita cantik. Padahal tontonanku Mak Lampir sama kartun. Buku bacaan Bobo sama Lima Sekawan.

Darimana kelakukan itu kudapat ya? Mungkin higherselfku membisikkan “Its ok dear, suatu saat kamu bakal jadi model beneran kok. Latihan sejak dini.” Ahahaha….. Atau emang narsis bawaan Leo.

Waktu SMA aku pengen banget jadi pasukan pengibar bendera nasional. Keren lah kelihatannya mbak dan mas cakep itu. Tapi aku gagal dua kali di tahap kabupaten karena terlalu kurus. Setengah mati aku naikin berat badan dan latihan. Bahkan di kosan jaman SMA dulu aku latihan sendiri. Tetep aja terlalu kurus dan gak seimbang antara tinggi dan berat. Huwee…


Ya gitulah sepenggal kisah masa lalu. Intinya, bagaimanapun keadaan kita, pasti ada lebih ada kurangnya. Pandai-pandai lihat peluang apa yang bisa dilakukan. Apa potensi diri sendiri.
Terus poin paling penting dari kisah ini, yang pengen aku sampaikan adalah jadilah wanita kuat ledies. Serius! Fisik dan mental.

Kuat fisik itu imbasnya juga kuat mental. Kagak cupu. Kalau ada yang berani macem-macem kita bisa membela diri. Kalau lemah ngomong aja susah, suara lirih, badan gemetar. Lah lemah letih lesu. Jadi sasaran empuk untuk dibully dan ditindas. Sayangi dirimu sendiri jangan mau diperlakukan buruk.

Kalau fisik kuat mental kuat, ada yang macem-macem wani misuh lah minimal. Wani gelut lebih oke. Ahaha….

Apa! Apa!


Film soal detektif, mata-mata dan agen rahasia agaknya udah bisa ditebak. Jalan cerita yang dipenuhi aksi dan peralatan canggih. Kalau gak ada yang fresh dan beda, bakal jadi film yang biasa-biasa aja.

Tapi film Spies In Disguise emang beda. Film yang bisa ditonton semua usia ini memadukan antara Lance Sterling (Will) agen Amerika Serikat yang sangat individualis dengan Walter. Anak jenius yang punya cita-cita membuat senjata yang tidak berbahaya. Bayangkan agen rahasia tanpa bom dan pistol.



Mereka berdua bisa dibilang sangat bertolak belakang. Lance menginginkan senjata yang bisa membunuh atau setidaknya ampuh untuk menaklukkan musuh-musuhnya. Walter ingin membuat senjata yang bahkan tidak menyebabkan luka apalagi kematian. Aku paling suka bom glitter dengan foto kucingnya. Alih-alih bom yang bikin luka-luka, justru bom ala Walter bisa bikin bahagia. Glitter dan kucing mengalirkan endorfin!

Film ini dibuka dengan kisah Walter kecil. Seperti kebanyakan anak jenius lainnya. Walter kecil dianggap aneh oleh teman dan orang-orang disekitarnya. Dia tidak menyukai sekolah dan merasa tidak dipahami. Tapi ada sosok ibu yang selalu mendukung Walter. Kelihatan banget bahwa peran orang tua seharusnya mendukung seorang anak. Bagaimanapun keadaannya. Bukan menyuruhnya mengikuti keinginan masyarakat. Tapi menjadi pendukung utama apapun kelebihan dan kekurangan anak.

Yak, Ibu Water adalah seorang polisi panutan dan orang tua teladan. Teriakan orang tua yang meminta anaknya menjadi lebih sempurna dan istimewa itu.. bikin lelah. Iya kan, kamu yang suka dibanding-bandingkan?

Kisah hidup Walter berkembang dan akhirnya dia menjadi salah satu pembuat gadget untuk para agen rahasia. Hingga terbangun konflik antara dia dan Lance. Akhirnya Walter dipecat dari pekerjaannya.

Disisi lain, Lance yang dijebak akhirnya datang pada Walter. Konflik demi konflik terus bermunculan. Diselingi dengan komedi yang bisa membuat penonton tertawa. Di tengah adegan-adegan menegangkan terselip adegan lucu yang sangat menghibur.

Petualangan Lance yang berubah menjadi merpati bersama Walter membuat keduanya meleburkan ego masing-masing. Lance akhirnya menjadi lebih lembut dan bisa bekerja sama dengan orang lain. Walter juga bisa mewujudkan mimpinya dan menciptakan gadget tanpa kekerasan.

Bagi Lance, melawan api adalah dengan api. Tapi bagi Walter, jika api dilawan dengan api bisa menyebabkan kebakaran yang lebih hebat. Walter ingin mengubah cara agen rahasia menjalankan misi. Menggunakan gadget dan peralatan yang tidak berbahaya.

Musuh utama dalam film Spies in Disguis ini juga motivsinya balas dendam karena semua rekannya dibantai oleh Lance.

Film keluarga ini masih mengandung beberapa adegan pria telanjang dan kekerasan. Jadi kalau mengajak anak-anak perlu diawasi dan siapkan jawaban untuk kemungkinan pertanyaan yang mereka lontarkan. Misalnya kenapa manusia bisa berubah jadi merpati? Penjelasan singkat Walter tentang DNA dan sebagainya pasti bikin bingung anak-anak dan orang awam. Juga pertanyaan seputar kekerasan dan penggunaan senjata.

Menurutku bagian yang kurang dari film ini adalah aksi Lance ketika menjadi merpati. Aku menunggu Lance dalam bentuk merpati bisa terbang, melakukan hal-hal cerdik layaknya yang dikatakan Walter. Tapi ternyata tidak. Lance bahkan bisa terbang baru di akhir film. Meski banyak juga adegan lucu saat dia menjadi merpati bersama dengan teman-teman merpatinya.

Kalau dibandingkan dengan film ciptaan Blue Sky Studios lainnya (Ice Age dll) animasi film Spies in Disguis tergolong biasa aja sih. Tapi sosok Lance ini mirip banget dan bisa menyatu sama Will Smith yang jadi pengisi suaranya.

Film ini diawali dengan  Rara kecil dan berbadan gemuk, kulitnya hitam dan rambut keriting. Jauh dari label cantik masa kini. Benar-benar berbanding terbalik. Tapi Rara punya Ayah yang selalu mendukung dan menerima dia. Kurasa inilah yang membuat Rara tetap bisa tumbuh menjadi gadis yang kuat dan cuek dengan paras yang dibilang ‘tidak cantik’. Berkat dukungan dan ajaran hidup dari sang Ayah. Rara tetap bertahan dengan sikap ibunya yang ingin dia cantik seperti adiknya, Lulu.

Masalah pertama yang dihadirkan dalam film ini adalah kematian sang Ayah. Rara dan keluarganya pindah rumah dan tanpa sosok ayah, Rara harus belajar untuk menjadi lebih kuat dan mandir
Rara yang sudah dewasa bekerja di sebuah perusahaan kosmetik bagian RnD. Di perusahaan Rara tetap bisa menjalankan pekerjaannya dengan senang bersama sahabatnya Fey. Setidaknya dia masih bisa bertahan dengan cara orang-orang menilai penampilan fisiknya.



Tapi masalah kedua datang, Rara harus bersaing dengan rekan kerjanya yang cantik. Perusahaan tidak bisa menaikkan jabatan Rara karena penampilannya yang tidak cantik. Tidak bisa merepresentasikan perusahaan kosmetik yang harusnya karyawannya juga berpenampilan oke.

Kilmaks maslaah dimulai ketika Rara berusaha keras mengubah penampilannya.

Film Imperfect tidak hanya menunjukkan masalah Rara sebagai tokoh centre. Mengikuti bagian demi bagian dalam film ini, penonton diajak untuk melihat realita yang sederhana tapi sering terabaikan. Rasa insecure, minder, merasa kurang itu ada pada setiap orang. Rara yang ingin cantik, adiknya Lulu yang meski cantik tapi insecure sama komentar netizen, Boy William yang insecure dengan jumlah follower, bos Rara yang merasa tidak dipercaya dengan ibunya, juga Dika. Bahkan peran berapa komika menunjukkan masing-masing orang punya kekurangan.

Kalau dilihat apa kurangnya, semua manusia punya daftar panjang kekurangan diri.

Puncak permasalahan ketika Rara ingin berubah adalah hubungan baiknya dengan Dika dan keluarganya justru berantakan. Fey bilang sama Rara, ketika kamu mati-matian mengejar apa yang selama ini kamu inginkan, kamu juga bisa kehilangan apa yang udah kamu punya. Ini terjadi pada Rara.

Sebelumnya Rara bahagia dengan kehidupannya. Punya pacar Dika yang sayang sama dia, calon ibu mertua yang baik, dan anak-anak jalanan yang juga dekat dengan Rara. Meski secara fisik Rara dianggap punya kekurangan, tapi Rara adalah sosok yang barhati baik. Itu kenapa Dika sayang banget sama Rara.

Film dengan tema gadis buruk rupa yang ingin cantik udah banyak lah ya. Kalian juga bisa menebak alur ceritanya. Tapi Film Imperfect ini bisa membuat penoton tidak bosan. Sisipan komedi yang segar dan porsinya pas, bikin penonton tertawa terbahak-bahak. Emosi kalian akan dibuat berubah-ubah dengan irama yang pas. Dari sedih tertawa, marah, tertawa hingga lega dan bahagia.

Selain kisah gadis buruk rupa, aku suka dengan selipan adegan rapat perusahaan. Saat bos Rara yang sudah putus asa punya ide untuk memanfaatkan rasa insecure setiap wanita. Memanfaatkan keinginan untuk cantik, lebih percaya diri, lebih disukai dan lainnya. Rasa kurang karena penampilan. Lalu menciptakan kosmetik yang seakan-akan menjadi dewa penolong. De-mi Pen-ju-a-lan.

Notice bagian ini. Menjadikanmu obyek marketing dear. Biar beli produk, meski mahal tapi bisa bikin cantik. Biar mahal tapi bisa bikin langsing. Bayangkan, kalau sumber kebahagiaan adalah semata kecantikan, terus kalau tua mau apa?

Kalau nonton film ini bisa jadi kamu juga mbatin:

“Ya kali kalau aku punya pacar kayak Dika bahagia hidupku. Masalahnya aku gendut dan jelek. Aku jadi gak menarik!"

Oke, hold on. Ambil nafas sejenak dan rileks..

Pertama, percayalah, Tuhan tidak menciptakanmu iseng biar bisa diledekin sama orang lain. Kamu mau meratap dan hidup terkurung penjara label kecantikan atau kamu mau jadi wanita kuat dengan menebar manfaat. Itu pilihan loh. Gak bisa kayak bikin avatar, pilih badan langsing, kulit putih rambut iklan sampho.

Tapi kamu bisa dan berhak memilih untuk hidup bahagia dan percaya diri.

Kalau kamu habis nonton film ini gak bisa mengubah insecure jadi bersyukur, nonton lagi deh. Bagaimana kehidupan setiap tokohnya. Coba lihat santuynya Neti dan komika-komika lainnya. Pada akhirnya, mereka bisa kok jadi cantik, sukses dan bahagia. Tanpa mengubah penampilan. Tapi mindset.

Sebelumnya, meski aku bilang reuni aku sendiri baru pertama kali nonton Star Wars. Yah, mon maap ya buat kalian para penggemar setia seri Saga ini. Aku gak tertarik dengan pedang neon warna-warni Star Wars sejak dulu. Sampai sekarang, hingga setelah nonton filmnya pun.

Film penutup yang kini dipegang sama Disney menggatikan Lucasfilm ini pendapatannya lebih banyak dari Frozen II, Knives Out, Ford and Ferrary dan Cat yang bakal tayang beberapa hari lagi. Terakhir lihat IMDb (27/12/2019) pendapatan kotornya mencapai 516 juta Dollar. Dua kali lipat dari biaya produksi.

Karena gak nonton serinya, aku gak begitu paham apa hubungan antar karakter dan peran mereka dalam film-film sebelumnya. Tapi kata CNN dan Guardian Star Wars: The Rise of Skywalker jadi ajang reuni. Tapi dengan porsi yang sedikit bagi tiap pemain pentingnya dan tempo yang cepat.




Perjalanan antar galaksi, perang, jelajah lagi, perang hingga adegan kurang penting antara Finn dan teman ceweknya membahas masa lalu mereka. Bagiku itu sisipan apa sih? Beberapa detik yang terkesan maksa di tengah pembagian porsi yang padet banget antar karakter. Terutama porsi Rose yang sempat dihitung hanya 78 detik. Padahal dia ini tokoh utama The Last Jedi.

The Rise of Skywalker menekankan pada kisah Rey dan Ren. Memang bagian paling menarik dari cepat dan banyaknya hubungan yang berkelindan dalam film ini adalah mereka berdua. Penonton bisa bernafas sejenak. Terbawa emosi dalam pertarungan keduanya menemukan jati diri. Banyak part untuk menjelaskan asal usul Rey dan hubungannya dengan Ren.

Digambarkan Rey ragu dengan dirinya sendiri dan takut akan menjadi jahat. Dia bahkan sempat kabur dan gak pengen kembali. Hingga akhirnya ketemu Luke Skywalker.

“Rey, never be afraid of who you are,” kata Leia. Kalimat ini langsung kucatat. Juga ajakan untuk pulang pada Ben di saat dia bertemu ayahnya. Usaha Rey menerima dirinya sendiri dan Ren yang akhirnya meninggalkan dark side membuat keduanya mengakhiri perang dengan sentuhan emosi yang dalam. Di tengah hiruk pikuk peperangan antar galaksi, pesan emosinya kuat banget. Betapa menerima diri sendiri bisa susah.

Selain itu, yang selalu mewarnai film aksi adalah hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang kuat. “Good people will fight if we lead them,” kata Poe. Dari keadaan yang lemah dan berantakan setelah peperangan terakhir di The Last Jedi, perlahan kekuatan Resistance terbangun. Tumbuh seiring dengan membaiknya hubungan Rey dan Ren sebagai tokoh utama dan center film.

Secara keseluruhan, film ini bagus dengan efek yang luar biasa. Kamu bisa ikut merasakan getaran dari ledakan-ledakan dahsyat di kursi penonton. Juga turut gemas campur cemas pas tokoh-tokohnya berhadapan dengan musuh.


Suka outfit mereka

Note pribadi.

Aku suka banget sama bajunya Rey. Bagiku outfitnya Rey perfect! Baju putih gaya minimalis tapi tetep tampak cantik dan elegan. Celana yang panjangnya selutut dan atasan tanpa lengan.

Memudahkan pergerakan tapi cukup tertutup. Gak ada peruut terbuka yang seksi atau belahan dada. Tambahan mirip selendang dan hoody bikin bajunya Rey bagus banget deh. Suka bangeeet.
Karakter Babu Frik yang..’Whoa.. aku langsung suka’

Juga, sempat bertanya-tanya, kok mereka bebas banget sih pergi antar galaksi dan planet tanpa baju ruang angkasa?? Gampang banget perbaiki pesawat yang habis terbakar.

Yap, akhirnya.. film ini bagus. Terutama buat kamu yang lagi galau mencari jati diri dan gak tahu ke mana harus pulang. Hiya.. film akhir tahun berasa mau refleksi aja. Heuheu…..


Aksinya dapet, komedinya berhasil menghibur, dan petualangan seru. Lebih dari sekedar untuk memenuhi genre film aksi, komedi dan petualangan. Film kali ini juga menonjolkan kegelisahan dan konflik individu dari tokoh-tokohnya.

Berawal dari gambaran kehidupan Spencer. Seorang remaja yang sedang menempuh kuliah di kota besar. Ternyata dia tidak menjalani kehidupan yang menyenangkan. Suasana di kampus yang biasa saja dan pekerjaan yang menjemukan. Tipe-tipe anak yang pendiam, cupu dan harus bekerja partime untuk menambah biaya hidup.
Kehidupan kota sama sekali tidak membuatnya bahagia. Bahkan dia harus putus dengan pacar yang beneran disukai karena merasa hidupnya tidak memuaskan. Melihat pacarnya yang ‘tampak’ bahagia di media sosial membuat Spencer gelisah dan tidak percaya diri.

Jumanji The Next Level


Liburan tiba, dia pulang ke rumah dan berjanji bertemu sahabat-sahabatnya. Tiga orang yang bermain Jumanji : Welcome to the Jungle (2017) sebelumnya, Bethany, Fridge, dan Martha. Karena Spencer tidak kunjung datang, mereka bertiga memutuskan pergi ke rumahnya. Bukannya ketemu dengan Spencer, mereka justru menemukan gim Jumanji yang kembali dimainkan. Yak, Spencer memutuskan untuk bermain lagi.

Karena mereka adalah teman yang setia kawan, ketiganya berniat menyusul Spencer. Tapi gim Jumanji yang sudah rusak itu, membuat perjalanan ketiganya tidak semudah yang dibayangkan. Fridge dan Martha berhasil masuk. Tapi ternyata Eddie, kakek Spencer dan temannya Milo juga masuk ke dalam gim. Banyak tingkah lucu yang mereka lakukan. Bayangkan susahnya menjelaskan kalau mereka sedang berada di dalam gim dan bisa beneran mati kalau gagal. Dua nyawa sia-sia karena tingkah konyol dua kakek itu.

Penonton diajak untuk berpetualang ke daerah-daerah yang berbeda. Berawal dari hutan belantara berwarna hijau, bergulat dengan burung unta di padang pasir, menyeberangi tebing dan memanjat gunung es.

Bagian komedi cukup banyak dalam film ini. Bagiku justru lebih banyak daripada aksinya. Petualangan dan aksi di dalam filmnya jadi seru karena ada banyak komedi. Pertukaran avatar juga membuat film ini jadi lebih seru. Tapi bagian bertempur dengan musuh utamanya sedikit banget. Lebih lama scene menyelamatkan kuda kayaknya daripada melawan musuh utama.

Selama berpetualang di dalam dunia Jumanji, kakek Spencer, Eddie dan Milo berhasil menyelesaikan masalah pribadinya. Sebelumnya Eddie merasa marah dengan Milo. Merasa dikhianati ketika bisnis yang mereka bangun dijual oleh Milo. Bagi Eddie bisnis itu sama dengan anak yang harus dijaga hingga akhir. Tapi bagi Milo, dia merasa sudah cukup berbisnis dan ingin menikmati hidup tenang. Akhirnya keduanya bisa saling memaafkan. 

Jumanji 2019

Spencer dan Martha juga akhirnya pacaran lagi. Setalah Spencer mengakui rasa insecurenya dan Martha juga mengatakan kalau dia juga kadang tidak selalu bahagia seperti yang ditunjukkan di media sosial. Kegelisahan Spencer ketika menjadi dewasa dan Eddie yang selalu menggerutu menjadi orang tua dialami banyak orang. Sangat manusiawi.

Pada akhirnya, kita harus menerima bahwa waktu akan terus berjalan. Menjadi tua adalah keniscayaan. Menjadi dewasa juga penuh tantangan. Setiap fase harus dilalui dengan berani. Melakukan yang terbaik dan terus maju ke depan.

Hidup akan menjadi buruk kalau dihabiskan untuk menggerutu dan menyimpan amarah. Diri menjadi merasa bodoh dan tidak berharga ketika membandingkan dengan kehidupan orang lain. Apalagi di media sosial. Melihat banyak keberuntungan, kenyamanan, kemewahan dan kebahagiaan di media sosial yang penuh topeng.
Spencer ingin kembali menjadi berani dengan menjadi orang lain di dalam Jumanji. Padahal hanya perlu menerima diri sendiri. Ah, bukan hanya deng. Tidak semua orang bisa dengan muda menerima diri sendiri.

Lingkar rasa kali ini spesial banget. Rumah Maguwo menjadi rumah bagi jiwa yang sudah lama merasa berjalan sendiri. Untuk pikiran-pikiran yang lelah dan hati yang mungkin terlalu banyak diam dan memendam.

Resonance 2019 Rumah Maguwo

Resonance 2019 tidak hanya sekadar menulis poin-poin resolusi 2020. Lebih dari itu, menyelami apa yang setahun dikubur. Menghadirkannya kembali kepermukaan. Lalu memaafkan.. Ya, memaafkan diri sendiri juga perlu keberanian besar. Mengobrak-abrik rasa tak nyaman yang terpendam butuh keteguhan.

Daun Dala

Sesi pertama bersama mbak Plap dengan daun dala dan bungkus teh.

Pertama daun dala digambar atau ditulis dengan apa-apa yang belum sempat disampaikan. Apa yang belum sempat terucapkan. Aku menyampaikan pesan kepada seseorang. Orang yang paling berharga dalam hidupku. Pesan penuh kasih yang rasanya terlalu malu untuk aku ucapkan langsung. Semoga sampai ya.. Kalau kantong tehnya, boleh digambar atau ditulisi dengan pesan untuk diri sendiri. Ada beberapa hal yang ingin kembali aku sampaikan pada diriku.

Selesai menggambar, semuanya berpasangan. Sesi pertama menceritakan pesan apa yang ditulis di daun. Tapi disampaikan cukup dengan bergumam aja. Tenang, rahasia terjaga. Nah, kalau yang di bungkus teh diceritakan dengan jelas sama partner ceritanya.

Aku menggambar angkasa dengan bintang-bintang, planet dan komet. Kometnya sih hiasan aja. Heuheu… Sama bunga mawar berduri. Aku ingin kembali mengingatkan pada diriku bahwa,
Setiap jiwa layaknya bintang-bintang yang punya cahaya sendiri. Tidak perlu membandingkan dan ingin menjadi lebih baik dari siapa-siapa. Tetaplah bercahaya di angkasa luas. Juga menjadi seperti bunga mawar. Tumbuh mekar dan memberikan keindahan pada sekitar. Namun juga kuat punya duri sendiri. Gitu sih. Kurasa, hidup lebih damai tanpa perbandingan. Menerima saja semua yang diciptakanNya.

Jurnaling Palka Kreatif

Sesi kedua, belajar jurnaling tipis-tipis. Mencicipi bagaimana jurnaling yang sesungguhnya. Bukan hanya curhat ala buku diary. Spesial dapet notebook Palka. Bagus banget ini. Sesi kali ini sama Bu Janti. Pertama selama kurang lebih lima menit, kita menulis apa saja yang patut disyukuri di tahun 2019 ini. Banyak deh daftarnya. Selesai membuat daftar, kita diminta sharing dengan dengan teman. Membentuk kelompok tiga orang.




Menulis surat untuk diri sendiri. “Aku memaafkan diriku untuk….”.  Bagian ini kuulangi lagi di kosan. Menyita waktuku seharian, bahkan lebih. Tidak ke mana-mana. Hanya mengobrak-abrik lebih dalam. Apapun yang tanpa sadar kusembunyikan. Semua rasa sakit, sedih, kecewa, dan sunyi dan semua yang tidak tertahankan. Berat sih.. tapi ini penting. Biar tidak menjadi penyakit dikemudian hari. Selesai, aku tutup dengan hadir kehadapan Tuhan. Datang dengan sebenar-benarnya diriku. 


Dengan semua kenakalan dan kejahatanku. Dengan semua topeng-topeng yang meski Tuhan tahu.
Ada juga sesi capturing momen dan refleksi satu decade. Lucu rasanya menengok diriku sepuluh tahun lalu. Gadis muda dengan cita-cita menggebu dan harapan-harapan. Tidak akan menyangkan kalau diakhir satu dekadenya, Tuhan berkata lain. Hiya..hiya… Ah, hidup semakin berwarna. Terimakasih Tuhan.. atas semua keajaiban.

Usai bergelut dengan diri, lanjut sesi hening bareng mas Rangga. Meditasi singkat untuk mengenali diri. Tenang membiarkan apa yag sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi.

Ditutup dengan soundbath dari Bu Janti. Kami tidur melingkar dan mendengarkan singing bowl dan merasakan getarannya. Nyaman.. sangat nyaman. Salah satu bunyi kesukaanku. Singging bowl.

Ditutup dengan makan bersama. Masakan sehat dari Bu janti. Senangnya...





Wawancara artis yang pertama banget kulakukan itu pas acara Batik Music Festival 2019. Acara ini digelar di Kawasan Candi Prambanan. Promotornya dari Rajawali. Pokoknya kalau acara dari Rajawali, media bakal dapet fasilitas yang oke punya. Ada lounge khusus media dengan berbagai macam snack, makan berat, minum dan kopi.


Ngopi di media lounge

Sebelumnya, pas liputan Prambanan Jazz harusnya aku juga wawancara artisnya. Tapi waktu itu masih cupu. Temenku liputan,yang berugas ambil foto juga belum paham. Kalau ada fasilitas media lounge dan bisa wawancara.

Prambanan Jazz 2019

Nah biar gak cupu, ini tips buat kalian yang baru pertama pake banget liputan acara konser dan harus wawancara.

Pastikan kamu udah registrasi


Jelas lah ya, sebelum masuk ya emang kudu registrasi. Biar dapet Id Card. Bisa dilihat tuh fasilitas yang tertera di Id Card media atau pers yang kamu dapet. Bisa masuk ke mana aja.

Cari media lounge


Kalau acara besar, bakal ada fasilitas lengkap buat media. Bisa beda-beda tergantung jenis acaranya. Dapet makan, minum, snack, atau kaos aja. Beda-beda pokoknya. Paling penting adalah, biasanya di sini pihak panitia ngedata siapa aja yang mau wawancara dan mau wawancara artis yang mana.

Biasanya ada sesi wawancara dan sesi foto. Kalau wawancara bisa masuk ke ruang tunggu masing-masing artis. Kalau sesi foto bisa dapet sesi khusus buat ambil foto di depan panggung. Kalau konser artis luar negeri atau yang hits gitu biasanya waktu ambil foto dari dekat cuma 10 menit di awal aja. Selain itu biar gambarnya bagus dan fokus ya harus bawa tele.

Cari tahu artisnya


Wawancara di Batik Music Fes 2019

Sebelum wawancara pastikan kamu tahu siapa aja yang bakal tampil. Juga udah bikin draft atau menentukan lead beritanya. Karena bisa aja kamu gak ada kesempatan buat wawancara semua artisnya. Apalagi kalau Cuma liputan sendiri. Harus bagi waktu antara ambil foto dan wawancara.
Sibuk deh kalau liputan. Jangan dikira bisa santuy menikmati musik gratis. Kerja woey! Hahay….

Grogi gak apa, tapi PD

Batik Music Fes 2019

Karena kamu datang sebagai media yang akan menulis berita, kamu harus PD aja. Dulu pas awal-awal wawancara aku gak paham mau tanya apa. Ngikut dulu deh sama yang senior. Eh, tahunya Mas Marchel dan Rio Febrian baik dan ramah. Sampek Marchel narik kursi buat media loh.

Tapi ya artis mah beda-beda. Ada yang baik, jutek, sangar, macem-macem. PD aja dan kuat mental. Kadang juga di tengah mepetnya waktu gak sempet nanya. Udah diberondong pertanyaan sama wartawan yang senior. Biasanya wawancara artis ini 10-15 aja kok. Terus ambil foto.

Full Baterai tapi free memory


Aku gak punya kamera dan gak punya alat perekam suara. Semua pakai HP (untuk foto ada bagiannya sendiri soalnya). Jadi harus persiapan gak boleh low bat sebelum selesai liputan. Nanti sibuk foto-foto sama bikin video buat medsos, eh begitu wawancara low bat dan memori full. Duh, jangan deh. Aku pakai hp buat rekam suara dan ambil video wawancara.

Yah, gitulah sedikit cerita buat kamu yang bakal liputan pertama kalinya. Semangat ya! Langsung tulis beritanya. Kelamaan basi tahu.

Joga Rockarta 2019


Liputan itu energinya banyak. Udah dateng ke acara harus cepet bikin news pula.


Film Darah daging dirilis oleh rumah produksi Skylar Pictures. Sebagai sutradara Sarjono Sutrisno memang sudah dikenal dengan film-film yang sarat emosi. Salah satunya adalah film Surat Kecil untuk Tuhan. Film ini sukses meraih penghargaan di dunia perfilman Indonesia.

Film Darah Daging juga seperti itu. Ditulis oleh Beby Hasibuan, penulis naskah Surat Kecil untuk Tuhan, film ini menceritakan tentang ikatan keluarga dari para pemainnya. Meskipun bergenre drama-laga, tapi bagiku film ini justru menonjol bagian dramanya.

Film ini berkisah tentang tiga kakak-beradik, yakni Arya (Ario Bayu), Rahmat (Rangga Nattra), dan Fikri (Arnold Leonard) yang merampok sebuah bank bersama beberapa temannya. Setelah beberapa menit berlalu baru diketahui, tindak kriminal ini dilakukan untuk membayar biaya operasi ibunda (Karina Soewandi).



Alur filmnya maju mundur. Berawal dari petemuan Salim (Donny Alamsyah), salah satu perampok yang dijatuhi hukuman mati dengan seorang penulis bernama Hana (Estelle Linden). Suasana penjara mengawali film Darah Daging. Penjara yang bersih dan sepi ditambah dengan seragam tahanan berwarna oranye yang tampak baru. Rasanya langsung membuatku sadar bahwa aku sedang menonton potongan adegan film.

Dari pertemuan ini, babak demi babak dalam film mulai berputar. Salim menceritakan kisah masa lalunya saat merampok bank serta bagaimana perasaannya saat itu.

Salim dan 4 kawannya merencanakan untuk merampok sebuah bank. Siapa mereka dan apa hubungan antara para pemain, diceritakan berurutan di dalam film. Cerita yang cukup panjang ini membuat film ini terasa lambat.

Tapi emosi setiap tokohnya bagus banget. Betapa mereka putus asa, sedih dan takut. Satu adegan yang paling aku ingat saat Arya baru saja menggadaikan sertifikat tanah dan mendapatkan uang. Dia menangis di pinggir jalan sembari memeluk uang yang diperoleh. Saat itu akting dan ekspresinya dapet banget.

Daripada tegang dengan adegan action, justru film ini lebih memainkan emosi penonton. Bagian actionya itu banyak yang kurang greget soalnya. Misalnya adegan tembak-tembakan dengan polisi di depan bank. Adegannya cukup lama tapi monoton. Cuma saling tembak-sembunyi-tembak-sembunyi, begitu terus. Bosan lama-lama lihatnya.

Lalu adegan pengejaran oleh polisi juga biasa saja.



Plot twist film ini tidak terduga. Kalau ternyata mereka bukan saudara kandung. Bahkan yang sedang mereka perjuangkan bukanlah ibu kandung. Aku jadi kembali memikirkan makna Darah Daging. Bahwa, untuk menjadi darah daging bukan hanya dari ikatan saudara kandung.

Film ini jadi pengingat apa arti rumah dan keluarga. Rumah adalah tempat di mana jiwa bisa pulang dan merasa nyaman. Tempat yang dirindukan dan di sana ada yang merindukan. Ada keluarga di rumah itu.

Lalu keluarga bukan melulu terdiri dari ibu dan ayah kandung atau saudara kandung. Orang-orang yang menerima kita dan selalu ada untuk kita, ya merekalah keluarga. Seperti Arya, Rahmat dan Fikri. Awalnya mereka tidak punya keluarga, hidup sebatang kara di jalanan. Setelah diadopsi, ketiganya jadi keluarga dan punya rumah.

Ending filmnya juga bagus, Hana, adik paling kecil dari ketiga kakak yang sudah meninggal hidup bahagia bersama sang Ibu. Karena paham bagaimana arti keluarga, Hana akhirnya membuat pant asuhan. Rumah bagi anak-anak yang hidup sebatang kara.

Film ini cocok banget ditonton bareng keluarga dan sahabat. Warm banget endingnya. Meskipun tetap ada adegan absurd tiga orang yang sudah meninggal itu lari-lari di padang ilalang dengan wajah bahagia. Yah, okelah buat menggambarkan kalau mereka bertiga akhirnya bahagia. Karena pengorbanan yang mereka lakukan tidak sia-sia.