Rasanya
tidak percaya, pagi-pagi dapat sms dari mbak Erny berisi ucapa selamat.
Langsung aku buka blog PPIPM Fair, dan ternyata memang benar, tiga dari sebelas
finalis LKTI adalah UNS, juga satu finalis untuk YORECO. Tapi entah karena UNS
yang tidak dikenal di Padang atau memang panitianya saja yang tidak kenal,
kelompokku tidak ditulis atas nama UNS tapi USM. Jadi tujuan pertama ketika sampai di Padang
nanti adalah klarifikasi bahwa Universitas Sebelas Maret itu bukan disingkat
USM tapi UNS sodara-sodara.
Akhirnya perjuangan pertama membuahkan hasil, di bimbing
dengan telaten sama Mbak Erny, LKTI kami mendapat tiket ke Padang. Kenapa
perjuangan pertama? Karena untuk pergi ke Padang bukan hanya membawa file ppt
untuk presentasi. Tapi juga membawa nama SIM dan UNS serta membutuhkan banyak
dana. Untuk presentasi kami dilatih sama Mas Krisna, sedangkan dana lobi hebat
dari mas Dika berhasil membuat Mawa menggelontorkan dana.
Tidak semua dari tim bisa pergi ke Padang. Tetapi hanya
perwakilan dari setiap tim. Jadilah aku, Jannah, Dita dan Yunita pergi ke
Padang. 15 November pukul 11.40 kami ber empat menuju Bandara menggunakan taxi.
Sebelum berangkat di porsima kami berfoto bersama dengan teman-teman satu tim
LKTI, Mas Dika dan Mbak Erny.
Setelah sampai di Bandara, kami langsung Chek in dan
boarding selama setengah jam. Berangkat menuju Soetta jam 13.30. Ini adalah
pengalaman pertamaku naik pesawat. Memang benar kata Dika, ada sensasi
tersendiri ketika naik pesawat. Ketika Take off seperti naik kincir angin dan
ketika landing ada goncangan kecil. Selebihnya adalah pemandangan biru dan
putih. Setelah mengamati para pramugari, aku tahu salah satu alasan kenapa
pramugari itu harus tinggi. Pertama, karena tugas mereka adalah membantu
penumpang menaruh barang di bagasi kabin yang tinggi, jadi kalau pramugari
pendek mereka akan kesulitan melakukannya. Kedua, mereka juga selalu
memperagakan bagaimana menggunakan alat keselamatan di pesawat, jika mereka
pendek, maka tidak akan terlihat oleh penumpang yang duduk dibagian belakang.
Hujan gerimis mengiringi keberangkatan kami.
Solo-Jakarta adalah perjalanan yang singkat. 14.40 kamu
sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Yang melelahkan ketika pergi jarak jauh
menggunakan pesawat adalah ketika kemana-kemana harus membawa koper dan tas
yang berisi banyak barang, juga harus diperiksa setiap masuk bandara dan
boarding. Mencari mushola di Soetta menjadi melelahkan karena beban tas dan
koper. Kami sholat Dzuhur dan Ashar di mushola kecil di luar Bandara. Setelah
sholat kami makan bersama di mushola tersebut. Ada juga keluarga Jannah yang
mengantar makanan. Setelah makan kami kembali masuk ke bandara dan menunggu
keberangkatan selanjutnya jam 20.25.
Lama sekali menunggu di tempat bording. Sambil ngobrol,
baca materi presentasi, sampai ketiduran di kursi. Akhirnya penerbangan kami
delay. Melelahkan menunggu di bandara. Ketika pesawat berangkat menuju padang
aku tidur dan bangun ketika mendarat. Pertama kali menginjakkan kaki di Pulau
Sumatra rasanya jauh sekali dari rumah, sekaligus sangat senang. Kami dijemput
dengan mobil oleh panitia. Sampai di Padang tanah masih basah karena hujan.
Perjalanan ke penginapan sekitar 30 menit. Makan malam pkul 12.00 dengan
makanan yang sudah aku tunggu-tunggu, rendang asli padang. Di depan pintu kamar
kami tertawa miris melihat daftar nama. Tidak ditemukan kata UNS disamping nama
kami, tapi UN SEMAR. Sebelum makan juga aku dan Yunita sempat ditanya panitia “Lihat peserta dari
Semarang tidak? Mereka baru datang.”. Aku dan Yunita bingung, karena ketika
sampai di Bandara tidak ada peserta dari Semarang. “ Empat orang perempuan,
kamar mereka di sini Mbak.” Begitu tambahan informasi dari panitia. Aku
langsung tertawa, dan mengklarifikasi bahwa kami bukan dari Semarang, tapi UNS,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama di Padang setiap hari kami harus
mengulang kalau kami dari UNS, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mereka juga
selalu bertanya kenapa singkatannya UNS? Bagaimana kami harus menjawab?
Pengambilan undian dilakukan setelah sarapan. Aku dan
Dita mendapat nomor urut satu, Jannah 4 dan Yunita 6. Siap tidak siap aku maju
nomor satu. Berangkat ke tempat presentasi pukul 07.00 dengan mobil Van dari
panitia. Kita presentasi di gedung MKU Universitas Negeri Padang. Waktu
presentasi dan menjadi operator untuk yunita ketika dia presentasi adalah saat
yang tidak terlupakan. Ini adalah kali pertama aku presentasi LKTI dan
pertanyaan juri waktu itu sempat membuatku kewalahan. Bukan aku saja ternyata,
menurut peserta lain salah satu juri memang killer. Setelah presentasi kami
diminta panitia mengumpulkan tanda tangan dari mahasiswa dan masyarakat untuk
mendapatkan juara favorit. Kami berempat membagi menjadi dua kelompok, aku
dengan Dita. Benar-benar berbeda rasanya, antara masyarakat Solo dan Padang.
Mereka lebih terlihat sangar begitu. Waktu harus mencari tanda tangan ke
masyarakat, jujur saja aku agak takut karena kebanyakan dari mereka seperti
preman. Benar saja, waktu aku dan dita minta tamda tangan ke tukang ojek, dia malah
minta satu bungkus rokok untuk setiap tanda tangan. Serem juga waktu itu. Tapi
akhirnya kami bisa bebas tanpa memberi rokok karena disuruh pergi sama orang
yang ada di dekat tukang ojek. Setelah berkeliling dari rumah ke rumah kami
bersama peserta lain masuk lingkungan kampus. Karena sudah sore dan hari libur,
tidak banyak mahasiswa yang masih di kampus. Tapi kami bertemu dengan anak-anak
SMA yang sedang berlatih untuk pentas seni. Setelah meminta tanda tangan dari
mereka, kami dinyanyikan lagu Minang oleh anak-anak tersebut. Selama di Padang
setiap hari kami selalu mendengarka lagu Minang.
Sorenya kami berjalan-jalan dengan bus kota yang
disewakan panitia menuju Jembatan Siti Nurbaya dan toko oleh-oleh Christine
Hakim. Bus kota dan angkot di Padang sangat berbeda dari kendaraan umum
kebanyakan. Sangat ramai dan atraktif. Setiap bus atau angkot memiliki
aksesoris yang meriah seperti boneka, stiker warna-warni, lampu warna-warni,
TV, dan speaker di bagian depan dan belakang. Jadi ketika turun dari kendaraan
harus ekstra berteriak supaya bisa mengalahkan musik keras yang di putar di
kendaraan. Asli unik deh. Malamnya di tutup dengan rapat ILP2MI yang membahas
tentang penelitian berskala nasional yang akan dilakukan oleh ILP2MI. Aku tidur
pukul 01.00.
Hari ketiga di kota Padang, girimis pagi. Sejuk rasanya.
Hari ini kita di ajak jalan-jalan ke Bukit Tinggi. Aku kira Padang-Bukit Tinggi
hanya sekitar 2 jam, ternyata sampai 4 jam itupun paling cepat. Sebelum
berangkat kami pindah penginapan. Tapi karena bus tidak bisa masuk ke
penginapan baru dan kami tidak bisa berjalan membawa barang karena hujan,
panitia yang membawakan barang-barang kami ke penginapan. Sedangkan peserta
sarapan di dalam bus. Panitia dari ILP2MI benar-benar memperlakukan peserta
dengan sangat baik dan ramah. Setengah perjalanan menuju bukit tinggi
dihabiskan dengan tidur. Ketika dibangunkan panitia kami sampai di daerah
perbukitan dengan pemandangan yang indah. Seperti perjalanan menuju Tawangmangu
begitulah.
Tujuan pertama adalah Panorama, berupa ngarai dengan
pemandangan yang sangat indah. Di panorama juga ada Lobang Jepang. Gua yang
dibangun pada masa penjajahan jepang dan memakan banyak korban. Tapi untuk
masuk Gua, ditarik tarif lagi 5000, sedangkan untuk memakai guide juga ada
tarif tersendiri. Saranku untuk yang ingin berkunjung ke Gua, tidak usah
memakai guide, karena mahal. Kami makan siang di Panorama. Perjalanan
selanjutnya menuju Jam Gadang. Di sana kami hunting oleh-oleh juga tidak lupa
menyampaikan salam dari mbak Erny untuk tanah Padang di monumen Bung Hatta. Kami sampai di Padang
lagi pada malam hari. Berjalan kaki menuju tempat penginapan karena tidak bisa
dijangkau bus. Ternyata malam ini menginap di ATIP Padang. Tempatnya lebih
nyaman. Pada waktu makan malam ada tradisi makan bajamba dari panitia. Ternyata
seperti makan jaman masih pramuka dulu. Porsi besar makanan dan lauk pauk di
campur menjadi satu lalu dimakan bersama-sama. Kenyang sekali. Selama di padang
kami selalu mendapat makanan dengan porsi dua kali lipat dari porsi biasa.
Minumnya pun unik. Tidak menggunakan air mineral gelas. Tapi setiap makan
minumnya air putih yang dibungkus plastik gula 1 kg dan di ikat ujungnya. Jadi
minumnya seperti kalau kita makan siomay. Terbayangkan?
18 November, hari yang ditunggu-tunggu karena pemenang
akan diumumkan setelah seminar tentang MDGS. Seminar dibuka dengan tarian khas
Minang yang aku tidak tahu apa namanya. Selama seminar berlangsung aku tidak
bisa berkonsentrasi mendengarkan apa yang disampaikan pembicara, karena
kebanyakan yang disampaikan adalah pencapaian MDGS di Sumbar. Sudah tidak sabar
menunggu pengumuman, berdebar rasanya ketika pengumuman tiba. Takut sekali
kalau sampai pulang tidak membawa apa-apa. Ingat Mbak Erny, Mas Dika, Mas
Krisna, Ulva, Arifah, Pak Hermawan, Pak Dwi, Pak Ravik, membawa nama SIM dan
UNS. Berat rasanya kalau harus pulang tanpa membawa apa-apa. Alhamdulillah kami
bisa mendapat juara Harapan 1 dan 2. Waktu dibacakan, MC sempat salah menyebut
nama Universitas. Karena LKTI ku nama Universitasnya bukan UNS tapi USM, MC
membacanya Universitas Semarang. Sebelum dikoreksi aku langsung maju saja.
Dalam hati, kenapa masih salah juga? Sudah jelas tidak ada peserta dari
Semarang, kami dari UNS, UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA!
Setelah seminar, peserta dari daerah sudah kembali ke
daerah masing-masing. Tinggal kami yang berasal dari luar pulau yang masih
tinggal. Ada dari UNS, UNY, UPI Bandung, UNJ, Universitas Negeri Makasar dan
Universitas Tadulako Palu. Sorenya, kami pergi ke Universitas Andalas ditemani
dan disewakan anggkot oleh panitia. Kami berkunjung ke Lembaga Keilmiahan UNAN.
Disambut dengan ramah oleh teman-teman di UNAN. Kemudian dilanjutkan foto-foto,
sholat dan makan bersama.
Senin pagi kembali hujan. Peserta yang masih tersisa dari
UNS, UNY, UNM dan Palu. Kami ditemani
panitia berjalan-jalan ke Museum Adityawarman. Museum ini berisi pakaian adat,
alat musik, sejarah wanita Padang, makanan pernikahan dan rumah adat. Penataan
museumnya bagus dan rapi. Setelah berkeliling Museum perjalanan diteruskan ke
Pasar, seperti PGS kalau di Solo. Puas berjalan-jalan kami kembali ke
penginapan menggunakan bus kota. Setalah sholat magrib di Masjid UNP, kami
bersiap-siap pulang. Rasanya senang sekaligus sedih. Senang karena bisa pulang
dan sedih karena waktu jalan-jalan telah berakhir.