Seninan di Rumah Maguwo selalu bermakna. Ada saja hal unik yang terjadi. Kali ini juga, setelah meditasi bersama Mas Rangga lalu ditutup dengan soundbath bersama Bu Janti. Hal lucu terjadi, dan pasti bukan kebetulan.

Sesi pertama adalah meditasi rasa raga bareng mas Rangga. Meditasi rasa raga adalah meditasi untuk menelisik seluruh tubuh. Ada dua sesi meditasi yang kami lakukan. Pertama sesi untuk menjadi lebih tenang. Bagian pertama ini rasanya benar-benar nyaman. Setelah beberapa hari rasanya berat dan gak fokus buat meditasi sendiri.

Gentarasa Foto from Instagram @rumahmaguwo

Sesi kedua adalah meditasi dengan menelusuri setiap bagian tubuh. Semuanya tanpa terkecuali. Menyapa bagian-bagian tubuh yang setiap hari selalu membersamai tapi sering terlupakan. Menyapa kepala, leher, lengan, jari-jari hingga kaki.

Setiap orang bisa saja merasakan sensasi yang berbeda. Mungkin ada yang terasa sakit, kaku, panas bahkan mati rasa. Aku sendiri pas sampai ke tubuh bagian kanan rasanya berat banget di pundak. Kayak badanku berat sebelah.

Tapi ya udah, kata mas Rangga amati saja dan sadari setiap rasa yang muncul. Jadi ingat sholat Dhuha ya buat muslim. Kan sholat ini bisa digunakan untuk sedekah setiap persendian. Nah, mirip-mirip sih menurutku. Intinya kita menyadari dengan detail bagian-bagian tubuh. Gak cuma butuh disedekahin, tapi juga bakalan seneng kalau dapat ucapan terimakasih dan perhatian.
Kalau gak salah ini bisa melatih kepekaan juga untuk seluruh tubuh.

Sesi kedua soundbath bareng Bu Janti. Dari denting pertama udah kerasa banget vibrasinya di kepala, menjalar ke seluruh tubuh. Seiring dengan bergantinya singing bawl yang digunakan. Rasanya tuh geli-geli gimana gitu dan kayak getaran suaranya tuh masuk ke dalam tubuh. Telinga berdenging juga.

Menyenangkan sih sebenarnya. Aku suka soundbath dan paling favorit memang singing bawl dan flut. Kalau live getarannya terasa banget. Sampek badan tuh masih gemeteran meski sesi soundbathnya udah selesai.

Foto bareng Foto dari @rumahmaguwo

Kejadian unik kali ini adalah, aku pakai gelang tenun. Pakainya ditali donk di tangan. Ikatannya lepas. Gak cuma gelang, jilbab yang kutali ke belakang juga ikatannya lepas. Bahkan scraft di tasku ikatannya juga lepas. Padahal tasku lumayan jaraknya di kursi. Lagian kita juga dari tadi cuma duduk meditasi dan dengerin soundbath sambil tiduran. Ikatan gelang sama jilbabku sampek lepas.

Lalu, pas seninan badan tuh rasanya gak enak. Mau flu gitu. Habis seninan sembuh. Udah gak bersin dan batuk-batuk lagi. Sehat dan hati damai lah rasanya.

Oya, soal sembuh tanpa obat ini, pernah aku sakit telinga. Gak tahu kenapa, belum pernah sebelumnya. Terus aku sembuh setelah dikasih obat sama  healer pohon. Seorang mbak yang empathy pohon bilang emang bisa gitu. Nah, percaya gak sih? Aku punya beragam cerita soal makhluk-makhluk hutan. Tapi memang kayak dunia fantasi.

Balik lagi ke seninan. Sampai kosan aku berfikir, apa sih yang harus ku letting go kok ya tandanya keras banget. Apa sih PR yang belum selesai?? Mikir banget aku tuh. Sampai seminggu kemudian, aku mendapat informasi yang bikin aku sadar. Sesuatu yang salah terjadi.

Aku pun dapat info itu dari orang yang gak sengaja kenal. Amazing banget cara Tuhan dan semesta alam ngasih info. Rasanya kayak tamparan keras untuk sadar.

Aku bakal ceritakan soal pesan semesta dan intuisi di tulisan selanjutnya. Apa artinya bagiku dan seberapa intensnya pesan-pesan random itu muncul. Kepanjangan kalau sekalian cerita.


Nyanyian Akar Rumput adalah film dokumentasi berdurasi panjang tapi tidak membosankan. Bagian demi bagian tersambung dengan apik. Berbalut dengan lagu Merah Bercerita.

Kisah-kisah masa lalu, seperti masa kecil Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah muncul di sela-sela cerita dari anggota keluarga dan anggota Merah Bercerita.

Hingga kini, Merah Bercerita dan segenap keluarga Wiji Thukul, terus berjuang. Meski lelah tapi tidak pernah berhenti berharap.

Nyanyian akar Rumput
Poster Film Nyanyian Akar Rumput

Nyanyian Akar Rumput adalah film dokumenter Indonesia. Dibuat pada tahun 2018 dan disutradarai oleh Yuda Kurniawan. Film ini mengambil judul dari salah satu puisi Wiji Thukul yang dibuat di tahun 1988.

Wiji Thukul sendiri adalah seorang sastrawan dan aktivis HAM yang dihilangkan oleh rezim pada tahun 1998. Bersama belasan aktivis yang hilang.

Film ini cocok menjadi media mengenal sejarah perjuangan HAM dan orde baru. Bagi anak muda masa kini. Agar paham bahwa kebebasan saat ini biayanya sangat mahal. Bahkan ada luka yang masih menganga dari keluarga orang yang hilang tak tentu rimba.

Sang sutradara, Yuda Kurnawan dan Fajar bertemu pada tahun 2013  dalam acara Asean Literary Festival di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.

Proses pembuatan film ini cukup panjang dari 2014-2018. Dari setiap bagian film, terlihat kesabaran dan keseriusan Yuda mengikuti kehidupan Fajar Merah dan keluarganya.

Tokoh utama dalam film ini memang adalah Fajar Merah. Fajar yang tidak mengenal sosok ayahnya, sempat kehilangan arah dan tenggelam dalam amarah.

Kakaknya, Fitri, bercerita dalam film tersebut bahwa Fajar yang msaih belia sempat menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat tangannya. Juga menuliskan semua pikirannya tentang Wiji Thukul di tembok.

Fajar Merah yang meganggap bahwa tidak ada peran bapak dalam hidupnya justru selalu disangkut-pautkan dengan Wiji. Betapa hebat bapaknya itu.

"Sangat menyakiti, hanya dua tahun bersama tidak ada ingatan," ungkap Fitri dalam film Nyanyian Akar Rumput.

"Bapak tidak punya peranan dalam kehidupan Fajar," lanjut Fitri.

Fitri juga bercerita bahwa Ibunya pun sempat depresi dan tidak bisa fokus megurusi keluarga.

Dalam film ini memang banyak diceritakan bagaimana kesedihan dari anggota keluarga yang ditinggalkan. Hingga sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Tapi di tengah ksedihan dan kecewa itu, mereka masih berharap. Masih bertahan untuk berjuang dan mencari kebenaran.

Merah Bercerita
Lirik Lagu Kebenaran Akan Selalu Hidup Merah Bercerita

Merah Bercerita adalah band yang dibentuk Fajar dengan teman-temannya. Menggunakan alat dan studi sederhana mereka terus berkarya hingga kini.

Band ini mendapatkan support sepenuhnya dari keluarga Fajar. Bahkan anggota bandnya juga merasa, Merah Bercerita dengan kaluarga Fajar Merah adalah keluarga dan rumah kedua.

Ketika terjun di dunia musik, Fajar Merah merasa telah menemukan dunianya. Dari sinilah proses memahami sang Ayah dimulai.

"Menemukan dunia musik, mencari jatidirinya di dunia itu," ungkap Fitri.

"orang yang dia kagumi, mengagumi bapaknya. Akhirnya mencari tahu soal bapaknya. Tidak keberatan lagi menyebut nama Wiji Thukul," lanjut Fitri.

Bersama band Merah Bercerita yang terbentuk tahun 2010 serta dengan dukungan keluarganya, Fajar Merah mulai menbuat lagu dari puisi-puisi sang Ayah.

Dia ingin terus menyuarakan puisi-puisi sang Ayah. Sebagai bahan introspeksi dan untuk dibagikan kepada banyak orang.

"Bahwasanya Wiji Thukul ini seorang penyair yang dihilangkan pemerintah karena dia menulis pisi itu," kata Fajar

"Dia adalah pribadi yang, seorang sevivor yang hebat. Dalam arti, pada waktu sebelum dia menjadi seperti ini dia adalah orang yang tidak suka disangkutpautkan dengan bapak. Merasa terganggu dan membuang waktu disangkutpautkan dengan bapak," kata Fitri.

Sipon, ibu Fajar dan Fitri mengatakan kalau lagu yang dibuat Fajar, meski dari puisi Wiji, tetap ada yang berbeda.

Lagu-lagu yang dibawakan Fajar ada segi romantisnya, bukan hanya menggambarkan perlawanan. Di dalm film juga ada bagian Merah Bercerita akhirnya membuat album untuk lagu-lagu mereka.

Menonton film ini sungguh menguras emosi, tapi hasilnya bukan membenci. Justru harapan baru untuk keadilan dan semangat untuk ikut serta menceritakan.

Kisah-kisah orang yang berjuang di kala 98 itu. Semoga segera ada kejelasan.


Minggu, 19 Januari 2019. Tiba-tiba seorang teman menghubungi, katanya mau ketemu. Kira-kira sudah 8 tahun kami tidak bertemu secara langsung. Hanya berteman di media sosial. Amazing banget dia hanya beberapa jam ke Jogja untuk bertemu denganku.

Amazing lagi dia masih ingat dulu jaman SMA aku suka nunggu bus pagi-pagi sendirian sambil baca buku. Salah satunya Harry Potter. Gimana lagi, koleksi perpustakaan gak ada buku filsafat! Kalau ada, ya aku tetep baca buku Harry Potter. Haha ...

Dulu sungkan menyapa, karena tidak hanya terlihat pendiam dan cuek, aku juga tampak galak dan sinis. Sampa dia heran aku bisa bercanda ketika ngobrol langsung.

Astaga.. baik aku tuh, cuma bakat jahat aja. Sombong dari DNA.

Kita sama-sama bekerja di industri kreatif. Aku menulis dan dia di dunia musik. Temanku ini gak nyangka sebagai cewek aku bisa bedain Noise dan Undergroud. Juga lebih suka kopi tubruk 5 ribuan dari pada ala café.

Enak tur murah loh ya.

Aku membayangkan, persona seperti apa yang terbentuk di imajinasinya tentangku. Ini menarik juga.

Kami membahas banyak hal. Tentang idealis dan realitis. Karena kami sama-sama bekerja di dunia kreatif. Dia bidang seni. Kalau mau idealis gak banyak uang, kalau ngejar uang harus kurang-kurangi idealis. Ikut saja maunya klien.

Buat kamu yang idealis kan juga harus realistis toh? Uang bukan segalanya memang. Tapi ya tetep butuh. Ngopi butuh duit Rek … Rokok an ya butuh duit, bagi yang merokok.



Aku sendiri, punya beberapa platform untuk menulis. Ada yang khusus buat kerja ada yang suka-suka. Bahkan media sosial juga. Ada yang buat umum ada yang very privat. Temanku ini salah satunya yang ada di circle media sosial very privat. Dia bilang, aku punya sisi yang sangat berbeda.
Ya, aku memang punya beragam topeng persona. Kubilang padanya, aku malas menjelaskan. Yah, lebih mudah menyesuaikan.

Temanku ini melihatku melakukan apa-apa yang aku suka dengan ‘lancar’. Kesannya baik-baik saja hidupku ini. Sekolah, kuliah, beasiswa, kerja, semua seperti mengalir begitu saja.

Unch, tentu saja kubantah. Mana ada hidup sempurna baik-baik saja.

Soal pencapaian, kita juga membahas soal jadwal dan waktu. Bagiku, hidup itu santai tapi selesai. Tetap punya jadwal mau ngerjain apa. La yang dijadwal aja suka meleset apalagi kalau gak ngatur jadwal toh?

Bagiku hidup yang santai itu bukan berarti mengalir begitu saja ikut arus. Tapi juga mikir mau lewat arus sungai mana, kecepatannya berapa, ada batu di sebelah mana, ada buaya apa gak dan sebagainya. Tetap bekerja keras dan sungguh-sungguh, tapi kalau gagal ya udah sih. Nah, santainya di sini. Usaha ya tetep.

Pertanyaan yang gak kuduga dari dia adalah arti Prema Priyata Kama. Aku dapet dari buku. Udah lupa lagi bukunya apa. Dia nanya, kenapa dari ‘Hidup seperti semilir angin, meyejukkan meski hanya sesaat’ ganti jadi ‘Prema Priyata Kama’.

Aku baru nyari artinya setelah dia tanya loh. Awalnya mau aku bahas ditulisan ini. Ternyata susah banget nyari referensinya. Dapet sih, tapi susah juga dicerna. Kalau ada yang bisa jelasin atau ada referensi bisa komentar yak. Heuheu …

Jadi tiga kata itu ambil dari sebuah buku. Artinya sama-sama cinta. Di buku itu.

Prema (Cinta kepadaNya), Priyata (Cinta alam semesta), Kama (Cinta manusia). Kenapa aku ganti, karena Hidup seperti semilir angina itu ide yang aku dapat ketika aku berfokus pada diriku sendiri. Pencarian yang titik utamanya adalah aku dan apa yang bisa aku lakukan. Yah, menyejukkan meski hanya sekejap itu artinya aku hanya ingin bermanfaat dalam hidup yang singkat. Saat itu.

Perjalanan-perjalanan membawaku pada pemahaman tentang hubungan dalam kehidupan. Aku, alam semesta dan Tuhan. Saling terkait. Lalu cinta adalah kekuatan luar biasa yang dianugerahkan Tuhan pada segala ciptaanNya.

Jadilah pas nemu Prema Priyata Kama akan menjadi pengingat tentang hubungan Cinta Tuhan, Semesta dan Manusia. Yang bisa saja aku pelajari sampai mati.
Terimakasih ya Bro, untuk percakapan yang seru. See u …


Menilik album kehidupan menjadi tema Seninan kali ini. Sebagai pengantar untuk album baru 2020. Kami diajak untuk kembali menilik masa lalu, kembali ke masa kini dan merencanakan masa depan lewat jendela gambar-gambar.

Metode yang digunakan namanya Visual Art Therapy Points of You dipandu oleh Ibu Hendri Wijayatsih. Ini pertama kalinya bagiku pakai metode ini.

Seninan Rumah Maguwo (Instagram @rumahmaguwo


 Pertama kita duduk melingkari kartu-kartu Points of You  yang di tata di tengah ruangan. Ada tiga macam kartu yang ditata. Kartu wajah hitam putih, kartu berawarna, dan kartu berwarna yang ada tulisannya.

Bu Hendri membagikan secarik kertas berisi tiga kolom. Kita diminta untuk mengisikan satu fokus saja sebagai judul. Misalnya fokus studi, pekerjaan, asmara, dan lain sebagainya. Bebas sesuka hati.

Di kolom pertama isinya mengenai refleksi apa saja yang sudah dialami atau terjadi di masa lalu. Kolom kedua isinya apa yang dirasakan atau tentang keadaan saat ini. Untuk membantu proses refleksi kita diminta mengambil tiga kartu Points of You untuk kolom pertama dan kedua.



Kolom ketiga isinya apa yang akan dilakukan ke depannya. Tapi cara ambil kartunya beda. Setiap orang mengambil satu kartu lalu diberikan secara acak kepada peserta lain. Kalau masih belum puas dengan kartu yang dikasih sama temen, boleh ambil satu kartu lagi.

Terakhir, Bu Hendri membagikan satu kartu Points of You yang isinya pertanyaan.

Ini adalah kartu Points of You yang aku ambil.


Fokus yang aku pilih adalah tentang perjalanan yang sedari awal aku niatkan. Aku prediksi juga kemungkinan akibat yang akan timbul. Perjalanan yang membawa banyak perubahan.

Tiga kartu pertama ada rangkuman masa lalu 2019, tiga kartu di bawahnya gambaran saat ini dan dua kartu berikutnya adalah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Surprise banget dikasih teman, random, dapatnya kartu bertuliskan ‘bersalah’.

Iya aku memang tidak menyesali semua yang telah terjadi dalam perjalanan 2019. Aku tahu resiko dan sebab akibatnya. Hanya saja, jauh di dalam lubuk hati (heya…) aku juga merasa bersalah. Demi mendapatkan apa yang aku inginkan ada hal-hal yang harus dilepaskan, waktu yang aku gunakan untuk mencari membuatku melewatkan kesempatan. Itu harus mulai kubayar tahun 2020 ini. Rasa bersalah yang coba aku pendam eh malah terpampang nyata lewat kartu.

Berat sekali sesi ini ya Tuhan.. hehe..

Kartu kedua yang kuambil tulisannya ‘kreativitas’. Aku sering banget dapet kartu model begini. Memang yang harus aku kembangkan adalah membuat karya dengan kreativitas. Melahirkan apa-apa yang belum sempat dilanjutkan.

Astaga, cocok benar ini kartu-kartunya.

Lalu kartu terakhir bikin lebih surprise lagi. 

“Apa yang aku harapkan dari diriku?”

Pas banget malam sebelumnya aku ngobrol sama diri sendiri sebelum tidur. Bertanya pada diriku:

“Sebenarnya Wardha itu kayak apa sih orangnya?”

“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”

“Apa yang ingin kamu raih, diriku?”

Dan pertanyaan-pertanyaan refleksi lainnya. Rasanya pertanyaan pas seninan jadi pamungkas.
Bagiku hidup sangat dinamis. Sekarang begini, la kalau besok Tuhan minta aku pindah jalur kan juga belum tahu. Ya harus Siap Tuhan! Dengan nego-nego lah dikit kalau susah… hehe…

Kartu favoritku

Sesi terakhir adalah membuat poin-poin apa yang akan dilakukan dalam waktu 24 jam, satu minggu dan satu bulan.

Aku suka Visual Art Therapy Points of You ini, selain menggambar ternyata main foto asyik juga. Ya sama sih kayak kartu Tarot. Gambar-gambar itu, secara tidak kebetulan membentuk cerita. Bahkan mengulik bagian terdalam dari pikiran dan perasaan. Menguak memori yang disimpan dan disembunyikan.

Penasaran kan kok bisa? Kok bisa? Nanti ya kita bahas di lain sesi (kalau ingat)



Habis nonton film Imperfect kemaren terus dikasih stiker sama eSJe bertuliskan “Perempuan Merdeka” jadi pengen sharing cerita. Mozaik yang masih nempel diingatanku sampek sekarang. Tapi bersyukur bukan jadi memori yang membebani. Jadi cerita unik masa lalu. Berkontribusi dalam membentuk aku yang sekarang.

Kamu juga bisa, jadi wanita kuat.

Dulu aku sempat jadi korban bully dan ejekan teman-teman.
Hiyaaaa… dramatis kan?

Pas masih SD dan SMP, masih ingat banget aku sampek sekarang. Gak cuma di sekolah bahkan di rumah juga. Kurang ajar benar anak-anak kucrit itu.

Pernah diganggu anak nakal di sekolah, anak cowok. Tahu lah ya gimana ngeselinnya diisengin. Hingga suatu hari dia, yang badannya lebih gede dan tinggi dari aku, dateng pas istirahat. Aku lagi main sama temen cewek di samping sekolah.

Waktu itu ada kayu berduri gitu kan, samping sekolah kebun. Kuambil, pura-pura aja mau kupukul. Aslinya sih aku gak suka berantem dan konfrontasi. Pas ketemu lagi, dia ngomong sesuatu, aku cuma menatap dan diem aja. Sejak itu aku gak ada ingatan lagi soal gangguan dia.

Terus bulan Ramadhan, aku juga frustasi sama anak cowok yang suka gangguin di masjid dan coret-coret buku Ramadhan.

Jadi ceritanya, kan tiap bulan Ramadhan tuh tugas wajibnya adalah minta tanda tangan di buku Ramadhan. Nah, tiap habis tarawih dan sholat subuh bukuku pasti di coret-coret. Dengan beragam kalimat ucapan salam dan entah apalagi aku sampek lupa. Ini bikin aku frustasi juga sampek gak berani ke masjid.

Masih ingat banget juga sempat sembunyi di rumah bude. Jadi masjid samping rumahku punya budhe sendiri. Dicariin sama anak-anak cowok bandel itu habis tarawih. Takut aku waktu itu. Sungguh. Sampek buku Ramadhanku penuh tip ex buat hapus tulisannya. Dapet surat cinta segala dan beragam kejadian menyebalkan lainnya.





Sejak kejadian waktu SD itu, aku mikir. Gak bisa nih diam saja. Aku harus melawan! Jadi wanita kuat! Hehe… Kalau mau melawan harus kuat donk. Jaman SD aku masih anak pendiam (ahem), takut gelapnya malam, belum kuat mental menghadapi anak nakal deh. Hehe..

Maka aku harus kuat secara fisik dan mental. Anak-anak yang gangguin aku pas Ramadhan itu kumarahin, kalau berani dekat-dekat kupukul, kulempar petasan. Entahlah apa lagi yang kulakukan saat itu untuk melawan.

Petasan adalah barang wajib punya pas Ramadhan btw. Ada kebiasaan habis subuh anak-anak yang pergi ke masjid itu gak pulang tapi juga gak ngaji. Jalan-jalan pagi donk sampek 2 Km keliling kampung. Bawaan wajibnya petasan sama korek api. Hiyehehe…

Sejak SD aku juga pakai strategi berteman dengan anak preman sekolah. Yah, bukan berteman baik sih, hanya menjaga hubungan baik. Ini kuterapkan sampek SMP. Anak-anak nakal itu jadinya gak pernah macem-macem dan minta uang sama aku. Ketika berinteraksi sama mereka pokoknya, sekali lagi aku gak boleh kelihatan lemah. Harus menunjukkan kalau kita setara dan gak perlu takut. Jadi wanita kuat dan mandiri.

Meski dalam hati ya ada takutnya tapi berhadapan dengan orang-orang yang sok dan menyebalkan itu harus punya bargaining power. Hem, gimana ya nyebutnya, punya hawa keberadaan yang kuat gitu deh. Jadi wanita kuat gitu. Hehe…

Nah, kayak gini harus dilatih. Fisik harus kuat mental juga dilatih. Kejadian yang menimpaku masih standar lah ya gak parah. Temen-temen nakal di lingkunganku juga gak terlalu kuat atau jahat. Lebih susah lagi pastinya jaman sekarang yang anak SD SMP aja bisa brutal.

Yah, mau gimanapun keadaannya, jadi kuat fisik dan mental itu penting. Carilah cara latihan dan metode yang sesuai.

Aku sendiri belajar self defense sederhana. Pernah belajar beladiri dulu, ya meski udah lupa sekarang tapi masih ingat lah cara nendang atau mukul orang dan mana titik lemahnya, belajar pakai senjata, koleksi menyimpan benda tajam, olahraga, dan menerapkan pola hidup sehat hingga sekarang. Jadi wanita kuat wanita hebat. (Halah.. malah slogan)

Jadilah wanita kuat bukan jahat.

Soal tinggi badan. Jangan dikira tinggi itu bebas bully. Big NO! Jadi tinggi di kelas itu gak luput dari ejekan dan penolakan.

Tapi yah, bodo amat. Sejak kecil aku udah belajar jalan lurus ala model. Aku dulu gak tahu dapat inspirasi darimana. Nonton runway juga gak pernah, pengen jadi model juga gak sih. Cuma asyik aja bisa jalan lurus ala wanita-wanita cantik. Padahal tontonanku Mak Lampir sama kartun. Buku bacaan Bobo sama Lima Sekawan.

Darimana kelakukan itu kudapat ya? Mungkin higherselfku membisikkan “Its ok dear, suatu saat kamu bakal jadi model beneran kok. Latihan sejak dini.” Ahahaha….. Atau emang narsis bawaan Leo.

Waktu SMA aku pengen banget jadi pasukan pengibar bendera nasional. Keren lah kelihatannya mbak dan mas cakep itu. Tapi aku gagal dua kali di tahap kabupaten karena terlalu kurus. Setengah mati aku naikin berat badan dan latihan. Bahkan di kosan jaman SMA dulu aku latihan sendiri. Tetep aja terlalu kurus dan gak seimbang antara tinggi dan berat. Huwee…


Ya gitulah sepenggal kisah masa lalu. Intinya, bagaimanapun keadaan kita, pasti ada lebih ada kurangnya. Pandai-pandai lihat peluang apa yang bisa dilakukan. Apa potensi diri sendiri.
Terus poin paling penting dari kisah ini, yang pengen aku sampaikan adalah jadilah wanita kuat ledies. Serius! Fisik dan mental.

Kuat fisik itu imbasnya juga kuat mental. Kagak cupu. Kalau ada yang berani macem-macem kita bisa membela diri. Kalau lemah ngomong aja susah, suara lirih, badan gemetar. Lah lemah letih lesu. Jadi sasaran empuk untuk dibully dan ditindas. Sayangi dirimu sendiri jangan mau diperlakukan buruk.

Kalau fisik kuat mental kuat, ada yang macem-macem wani misuh lah minimal. Wani gelut lebih oke. Ahaha….

Apa! Apa!


Film soal detektif, mata-mata dan agen rahasia agaknya udah bisa ditebak. Jalan cerita yang dipenuhi aksi dan peralatan canggih. Kalau gak ada yang fresh dan beda, bakal jadi film yang biasa-biasa aja.

Tapi film Spies In Disguise emang beda. Film yang bisa ditonton semua usia ini memadukan antara Lance Sterling (Will) agen Amerika Serikat yang sangat individualis dengan Walter. Anak jenius yang punya cita-cita membuat senjata yang tidak berbahaya. Bayangkan agen rahasia tanpa bom dan pistol.



Mereka berdua bisa dibilang sangat bertolak belakang. Lance menginginkan senjata yang bisa membunuh atau setidaknya ampuh untuk menaklukkan musuh-musuhnya. Walter ingin membuat senjata yang bahkan tidak menyebabkan luka apalagi kematian. Aku paling suka bom glitter dengan foto kucingnya. Alih-alih bom yang bikin luka-luka, justru bom ala Walter bisa bikin bahagia. Glitter dan kucing mengalirkan endorfin!

Film ini dibuka dengan kisah Walter kecil. Seperti kebanyakan anak jenius lainnya. Walter kecil dianggap aneh oleh teman dan orang-orang disekitarnya. Dia tidak menyukai sekolah dan merasa tidak dipahami. Tapi ada sosok ibu yang selalu mendukung Walter. Kelihatan banget bahwa peran orang tua seharusnya mendukung seorang anak. Bagaimanapun keadaannya. Bukan menyuruhnya mengikuti keinginan masyarakat. Tapi menjadi pendukung utama apapun kelebihan dan kekurangan anak.

Yak, Ibu Water adalah seorang polisi panutan dan orang tua teladan. Teriakan orang tua yang meminta anaknya menjadi lebih sempurna dan istimewa itu.. bikin lelah. Iya kan, kamu yang suka dibanding-bandingkan?

Kisah hidup Walter berkembang dan akhirnya dia menjadi salah satu pembuat gadget untuk para agen rahasia. Hingga terbangun konflik antara dia dan Lance. Akhirnya Walter dipecat dari pekerjaannya.

Disisi lain, Lance yang dijebak akhirnya datang pada Walter. Konflik demi konflik terus bermunculan. Diselingi dengan komedi yang bisa membuat penonton tertawa. Di tengah adegan-adegan menegangkan terselip adegan lucu yang sangat menghibur.

Petualangan Lance yang berubah menjadi merpati bersama Walter membuat keduanya meleburkan ego masing-masing. Lance akhirnya menjadi lebih lembut dan bisa bekerja sama dengan orang lain. Walter juga bisa mewujudkan mimpinya dan menciptakan gadget tanpa kekerasan.

Bagi Lance, melawan api adalah dengan api. Tapi bagi Walter, jika api dilawan dengan api bisa menyebabkan kebakaran yang lebih hebat. Walter ingin mengubah cara agen rahasia menjalankan misi. Menggunakan gadget dan peralatan yang tidak berbahaya.

Musuh utama dalam film Spies in Disguis ini juga motivsinya balas dendam karena semua rekannya dibantai oleh Lance.

Film keluarga ini masih mengandung beberapa adegan pria telanjang dan kekerasan. Jadi kalau mengajak anak-anak perlu diawasi dan siapkan jawaban untuk kemungkinan pertanyaan yang mereka lontarkan. Misalnya kenapa manusia bisa berubah jadi merpati? Penjelasan singkat Walter tentang DNA dan sebagainya pasti bikin bingung anak-anak dan orang awam. Juga pertanyaan seputar kekerasan dan penggunaan senjata.

Menurutku bagian yang kurang dari film ini adalah aksi Lance ketika menjadi merpati. Aku menunggu Lance dalam bentuk merpati bisa terbang, melakukan hal-hal cerdik layaknya yang dikatakan Walter. Tapi ternyata tidak. Lance bahkan bisa terbang baru di akhir film. Meski banyak juga adegan lucu saat dia menjadi merpati bersama dengan teman-teman merpatinya.

Kalau dibandingkan dengan film ciptaan Blue Sky Studios lainnya (Ice Age dll) animasi film Spies in Disguis tergolong biasa aja sih. Tapi sosok Lance ini mirip banget dan bisa menyatu sama Will Smith yang jadi pengisi suaranya.