Realita Kehidupan di Film Pangku
Agak spoiler,
Aku kira Tika bakalan bahagia bersama
keluarga barunya. Aku kira Hadi orang baik-baik yang bakalan jadi sosok ayah
dan suami idaman. Nyatanya itu cuma harapan palsu. Bangke betul Hadi ini.
Pulang nonton film Pangku, aku jadi
memikirkan macam-macam. Hidup sederhana itu bukan kegagalan. Di tengah
banyaknya konten media sosial yang menunjukan kemewahan, tas branded, baju
puluhan juta, selalu update sepatu keluaran terbaru, rumah, mobil dan
barang-barang mewah lainnya. Menonton film ini membuatku sadar bahwa
kenyataannya, banyak orang yang hidup sederhana. Bahkan kekurangan, hanya untuk
sekadar makan hari ini.
Tidak semua dari mereka itu adalah pemalas.
Seperti cap yang disematkan sembarangan, bahwa kalau kamu miskin berarti malas.
Masih kurang usaha atau pilih-pilih. Tidak sesederhana itu. Banyak sekali yang
berjuang mati-matian dan kerja apa aja demi bisa melanjutkan hidup esok hari.
Lalu hebatnya, banyak diantaranya yang masih tetap sabar dan menerima. Hidup
yang sulit memang kenyataan, ya sudah jalani saja.
Pembuka film Pangku, bagiku horor.
Seorang wanita, hamil tua, gak punya apa-apa, nyari kerja random gak tahu ke
mana. Gila! Horor banget!
Tika yang tidak punya apa-apa, mau
kerja apa saja. Demi bisa melanjutkan hidup dan merawat anaknya. Berat ketika
memulai bekerja di warung, tapi ya bagaimana lagi? Sempat bahagia bertemu Hadi,
tapi akhirnya kenyataan pahit yang menunggunya. Tapi ya bagaimana lagi? Hidup masih
tetap harus dijalani. Hari demi hari, minggu, tahun demi tahun, selama masih
hidup. Artinya masih harus berusaha. Bertahan sampai hembusan nafas terakhir.
Di tengah kerasnya hidup, Maya
menjadi contoh bahwa masih ada orang baik di luar sana. Menampung Tika dan
akhirnya jadi keluarga. Tidak harus dari rahim yang sama atau punya hubungan
sedarah. Sekelompok orang yang saling memahami dan membantu tanpa pamrih
otomatis jadi keluarga. Seperti Maya dan suaminya yang menerima dan menampung
Tika. Mereka jadi sosok ibu dan bapak yang dekat. Menjadi rumah untuk Tika
pulang, kapan saja dia mau.
Meski Hadi ternyata brengsek dan
Tika harus balik lagi kerja nemenin pria-pria, bagiku ending filmnya bagus. Bayu
tumbuh menjadi anak yang baik dan bertanggungjawab. Walau dia hidup di
lingkungan yang kurang mendukung. Bayu akhirnya jualan mie ayam nerusin usaha
ibunya. Banyak yang pengen Bayu sukses. Tapi realitanya, orang yang keadaannya
pas-pasan atau di bawah itu, tetap jadi orang baik dan punya penghasilan saja
sudah bagus. Tidak semua anak bisa dapat pendidikan, beasiswa, pekerjaan yang
bagus, bisnisnya lancar atau hal-hal baik lain yang akhirnya jadi kaya.
Tika sukses menjadi ibu. Sukses
menjadi orang tua yang mendidik anaknya. Perjuangan hidupnya berhasil membuat
kedua anaknya tumbuh dengan baik. Tika tidak kaya, tidak punya barang-barang
mewah. Tapi dia tidak gagal. Dia sudah berjuang dengan sangat baik. Hari demi
hari, bertahan dan terus bertahan. Bertahan dan selalu mengusahakan yang
terbaik baik keluarga.
Jalani aja dulu…


Tidak ada komentar:
Posting Komentar