Star Wars: The Rise of Skywalker, Penutup dengan Reuni yang Ramai dan Emosional


Sebelumnya, meski aku bilang reuni aku sendiri baru pertama kali nonton Star Wars. Yah, mon maap ya buat kalian para penggemar setia seri Saga ini. Aku gak tertarik dengan pedang neon warna-warni Star Wars sejak dulu. Sampai sekarang, hingga setelah nonton filmnya pun.

Film penutup yang kini dipegang sama Disney menggatikan Lucasfilm ini pendapatannya lebih banyak dari Frozen II, Knives Out, Ford and Ferrary dan Cat yang bakal tayang beberapa hari lagi. Terakhir lihat IMDb (27/12/2019) pendapatan kotornya mencapai 516 juta Dollar. Dua kali lipat dari biaya produksi.

Karena gak nonton serinya, aku gak begitu paham apa hubungan antar karakter dan peran mereka dalam film-film sebelumnya. Tapi kata CNN dan Guardian Star Wars: The Rise of Skywalker jadi ajang reuni. Tapi dengan porsi yang sedikit bagi tiap pemain pentingnya dan tempo yang cepat.




Perjalanan antar galaksi, perang, jelajah lagi, perang hingga adegan kurang penting antara Finn dan teman ceweknya membahas masa lalu mereka. Bagiku itu sisipan apa sih? Beberapa detik yang terkesan maksa di tengah pembagian porsi yang padet banget antar karakter. Terutama porsi Rose yang sempat dihitung hanya 78 detik. Padahal dia ini tokoh utama The Last Jedi.

The Rise of Skywalker menekankan pada kisah Rey dan Ren. Memang bagian paling menarik dari cepat dan banyaknya hubungan yang berkelindan dalam film ini adalah mereka berdua. Penonton bisa bernafas sejenak. Terbawa emosi dalam pertarungan keduanya menemukan jati diri. Banyak part untuk menjelaskan asal usul Rey dan hubungannya dengan Ren.

Digambarkan Rey ragu dengan dirinya sendiri dan takut akan menjadi jahat. Dia bahkan sempat kabur dan gak pengen kembali. Hingga akhirnya ketemu Luke Skywalker.

“Rey, never be afraid of who you are,” kata Leia. Kalimat ini langsung kucatat. Juga ajakan untuk pulang pada Ben di saat dia bertemu ayahnya. Usaha Rey menerima dirinya sendiri dan Ren yang akhirnya meninggalkan dark side membuat keduanya mengakhiri perang dengan sentuhan emosi yang dalam. Di tengah hiruk pikuk peperangan antar galaksi, pesan emosinya kuat banget. Betapa menerima diri sendiri bisa susah.

Selain itu, yang selalu mewarnai film aksi adalah hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang kuat. “Good people will fight if we lead them,” kata Poe. Dari keadaan yang lemah dan berantakan setelah peperangan terakhir di The Last Jedi, perlahan kekuatan Resistance terbangun. Tumbuh seiring dengan membaiknya hubungan Rey dan Ren sebagai tokoh utama dan center film.

Secara keseluruhan, film ini bagus dengan efek yang luar biasa. Kamu bisa ikut merasakan getaran dari ledakan-ledakan dahsyat di kursi penonton. Juga turut gemas campur cemas pas tokoh-tokohnya berhadapan dengan musuh.


Suka outfit mereka

Note pribadi.

Aku suka banget sama bajunya Rey. Bagiku outfitnya Rey perfect! Baju putih gaya minimalis tapi tetep tampak cantik dan elegan. Celana yang panjangnya selutut dan atasan tanpa lengan.

Memudahkan pergerakan tapi cukup tertutup. Gak ada peruut terbuka yang seksi atau belahan dada. Tambahan mirip selendang dan hoody bikin bajunya Rey bagus banget deh. Suka bangeeet.
Karakter Babu Frik yang..’Whoa.. aku langsung suka’

Juga, sempat bertanya-tanya, kok mereka bebas banget sih pergi antar galaksi dan planet tanpa baju ruang angkasa?? Gampang banget perbaiki pesawat yang habis terbakar.

Yap, akhirnya.. film ini bagus. Terutama buat kamu yang lagi galau mencari jati diri dan gak tahu ke mana harus pulang. Hiya.. film akhir tahun berasa mau refleksi aja. Heuheu…..


No comments:

Post a Comment