Hari ini Jogja Berkebun mendapat tugas untuk membantu menanam di Desa Bimomartani, Yogyakarta. Kegiatan menanam ini di gagas oleh Ibu Wulan. Penanaman pertama dilakukan di rumah kepala Dusun. Tidak ada koordinasi sebelumnya mengenai apa yang harus kita lakukan di desa tersebut, bayangan kita ya hanya membantu menanam biasa saja di kebun yang telah tersedia. Ternyata kita hanya menanam di pekarangan rumah yang kecil dan sama sekali belum dipersiapkan untuk dibuat kebun. 

Akhirnya, selain berkebun kita juga bertukang untuk membuat rak kayu. Diawali dengan browsing gambar rak dan bahkan metode membuat rak, kita mulai merancang dan menyiapkan bahan. Jadilah tukang dadakan dengan perlengkapan dan bahan yang seadanya. Ada yang baru pertama kali menggergaji padahal cowok, ada yang sudah cukup berpengalaman. Di tengah kebingungan yang melanda dan tidak tahu kayu itu harus dirangkai macam apa, datanglah seorang teman kami yang jurusannya arsitek. Entahlah,, pokoknya bagian rancang merancang kita serahkan padanya. Ternyata tidak salah kita pilih dia jadi ketua pembuatan rak. Terlihat lebih profesional. Ketika bapak-bapak membuat rak dan mencangkul tanah untuk digunakan menanam, ibu-ibu menyiapkan media untuk menanam. Ada beberapa tanaman yang kita tanam, ada cabe, terong, kangkung, kunyit dan kencur.

Membuat vertikultur sederhana

Proses pembuatan rak dari kayu bekas



Tanahnya masih di kebun, nyangkul dulu

Menanam di polybag




Akhirnya rak sederhana dari para amatiran ini jadi dan menghasilkan beberapa polibag dan botol. Dari yang awalnya tidak tahu harus bagaimana akhirnya ada hasilnya juga. Mana ibu yang punya rumah ramah banget dan repot-repot masak makanan buat kami. Senang bisa melakukan sesuatu yang sangat sederhana bagi masyarakat. Semoga kegiatan ini berkembang ke rumah-rumah selanjutnya.

Rak minimalis nan sederhana akhirnya jadi, semoga bisa bertahan
Ketika terjun ke masyarakat, akan ada berbagai macam sambutan. Kebanyakan kita akan disambut dengan hangat dan sangat ramah. Tapi tidak jarang juga ada beberapa yang cuek dan tidak antusias. Tidak masalah, yang penting sesederhana apapun itu kita bisa bermanfaat untuk orang lain. 

Hari yang menyenangkan
Meh sambat kalih sintenYen sampun mekaten, merana uripkuAku welasno ningmas, aku mesakno akuAku nangis nganti metu eluh getih putih
Sayang opo kowe krungu jerite atikuMengharap engkau kembaliSayang nganti memutih rambutkuRa bakal luntur Trsnaku


Lagu dengan judul Sayang pernah menjadi sangat popular baik karena dinikmati banyak kalangan maupun karena kontroversi plagiat. Tulisan ini tidak akan membahas tentang plagiat, tapi tentang band yang mempopularkan lagu tersebut sebelum kembali dinyanyikan oleh Via Vallen. Lagu Sayang adalah lagu yang aneh ketika pertama kali kudengar, apalagi nama bandnya, NDX A.K.A... apa sih artinya? Gak jelas banget nama bandnya. Tapi ternyata, nama yang asing dan aneh itu sudah familiar bagi teman-teman yang notabene adalah mahasiswa, apalagi setelah aku kuliah di jogja. Banyak yang bersemangat nonton NDX. Kemudian aku penasaran, apa sih bagusnya NDX ini.

Sampai aku bertemu dengan video mereka yang di upload oleh Tribun Jogja di Youtube. Aku kagum dengan latar belakang, semangat dan bakat yang mereka miliki. Dari kuli bangunan yang tidak pernah belajar musik, Nanda (salah satu vokalis) mampu menciptakan lagu-lagu yang dikonsumsi oleh ribuan bahkan jutaan fans. Aku juga menonton wawancara mereka di Kick Andy tentang bagaimana mantan kuli bangunan dari Bantul ini membangun karir dan menciptakan lagu. Setelah melihat beberapa video konser dan menikmati lagu-lagu NDX aku merasakan lagu-lagu itu sangat diterima, bukan hanya karena tema dan lirik yang sederhana dan mengena namun juga dibuat dari hati dan pengalaman. Lagu-lagu sederhana itu dinyanyikan sepenuh hati, dibalut kesederhanaan apa adanya, semangat berkarya dan oleh orang-orang yang rendah hati. Dilihat dari wawancara kedua vokalisnya, mereka adalah orang-orang yang masih mempertahankan keserhanaan dan menghargai orang lain. Pembawaan dan lagu-lagu sederhana itu turut membuatku mampu menikmati lagu NDX.

Beberapa video di youtube menunjukkan antusias yang sangat luar biasa dari fans yang disebut familia. Mereka memakai berbagai macam atribut seperti topi dan kaos NDX dan hafal semua lagunya. Biasanya dari satu album ada dua tiga lagu hits, yang lainnya biasa. Kalau NDX ini lagu-lagunya bisa dinyanyikan oleh para penonton. Mereka mampu merangkul berbagai macam kalangan, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Lirik sederhana dan cengkok dangdut ditambah dengan hip hop terdengar menjadi lebih keren, makna lagu yang sangat dekat dengan kehidupan nyata membuat lagu mereka dinikmati banyak orang. Semacam lagu persilangan antara dangdut dan hip hop.

Tidak perlu les musik berbiaya mahal, membuat rekaman album dengan peralatan canggih atau menyewa model-model cantik untuk membuat video klip, mereka mampu meraup 30-45 juta sekali manggung. Mereka adalah pemuda-pemuda cerdas dan berbakat. Salah satu contoh keberhasilan dari seseorang yang awalnya bukan apa-apa, dengan kerja keras dan proses yang panjang kehidupan bisa berubah. Kisah yang cukup panjang membuatku menyukai band ini. Bukan hanya lagunya namun juga cerita dibalik lagu-lagu tersebut. Bagiku, lagu yang dibuat hanya untuk uang dan ketenaran akan terasa kosong dan sementara. Sedangkan lagu yang dibuat benar-benar karena dedikasi dan kesungguhan hati, itulah yang juga akan sampai ke hati para penikmat musik. 
Hidup itu seperti mimpi ketika tidur
Mati seperti ketika terbangun dari mimpi
Jiwa manusia tidak pernah mati
Mati hanya istilah dunia, hanya untuk jasad fisik
Sementara, seperti dunia yang hanya sementara

Hidup ini seperti mimpi
Mimpi yang bisa dikendalikan
Mimpi yang mentukan jadi apa ketika bangun
Mimpi yang buruk
Mimpi yang bahagia
Atau mimpi yang biasa saja
Mimpi hanya sementara, ketika tidur
Sejenak saja

Hidup ini seperti mimpi
Bebas menjadi apa saja
Tapi semua akan tetap berakhir
Mimpi yag berbeda, akhir yang berbeda
Mimpi yang harus diperjuangkan
Agar tersenyum ketika bangun
Bukan mimpi buruk menakutkan yang akan disesali
Mimpi yang indah
Agar siap mengawali hidup setelah terbangun
Bangun dari mimpi di dunia
Untuk hidup yang sebenar-benarnya
Hidup di tempat yang lebih nyata
Hidup kekal selamanya
Dulu pernah juga aku menulis tentang galau yang sedang trend dan ternyata hingga sekarang semakin trend. Dalam arti banyak anak muda, anak-anak, atau anak tua yang kesehariannya mengucapakan kata galau. Sedikit-sedikit galau, sebentar-sebentar galau. Padahal hidup itu ya sekumpulan galau yang kalau sudah teratasi ganti galau yang lain, begitulah mekanisme peningkatan hidup. Kalau galaunya sama berarti belum ada peningkatan dalam kehidupan. Galau berarti ada masalah yang sedang dihadapi atau yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan. Galau karena masalah diatasi dengan menemukan akar permasalahannya, bukan melulu menginginkan solusi instan. Dengan solusi instan bisa saja masalah tersebut bisa muncul dengan tipe yang berbeda namun dasarnya sama. Jika galau karena apa yang diperoleh atau terjadi tidak sesuai keinginan, Tuhan sedang memberikan pelajaran sekaligus latihan sabar dan ikhlas. Semua galau akan menjadi baik jika disikapi dengan baik pula.

Mungkin diantara pembaca ada yang sering merasa di anak tirikan oleh Tuhan. Kenapa semua yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Merasa tidak ada keadilan dalam kehidupan lalu mulai memandingkan dengan kehidupan orang lain yang lebih baik. Melihat pekarangan tetangga yang lebih indah dipandang mata dibandingan pekarangan sendiri yang hanya berisi tanaman layu hampir mati. Bagaimana mungkin pekarang bisa indah jika pemiliknya justru menghabiskan waktu memandang dengan takjub pekarang orang? Bukannya merawat pekarang sendiri dengan lebih telaten. Mencabut tanaman yang tidak berguna, berpeluh mengolah tanah, belajar bagaimana cara merawat tanaman dan memilih apa yang akan ditanam sesuai dengan musim, jenis tanah atau kemampuan untuk merawat. Bukankah analogi merawat pekarangan ini bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata? Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain lebih baik mulai merawat pekarangan sendiri, mulai membenahi kehidupan pribadi.

Bersyukur dan menerima apa yang ada. Karena mau bagaimanapun kita sebagai manusia tidak punya daya untuk mengintervensi atau mengubah takdir jika Tuhan sudah benar-benar menetapkan itu yang terjadi. Masa yang akan datanglah yang harus diperbaiki dengan usaha yang lebih baik. Mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi, pelajaran apa yang harus diambil. Mengetahui kemampuan diri itulah yang harus dikembangkan, kelemahan bagaimana mengatasi, tidak semua bunga bisa ditanam di pekarangan, harus yang sesuai dengan kemampuan diri merawat. Perlu pupuk, pestisida, mencabut rumput ynag tidak perlu. Untuk membuat diri lebih berkembang manusia harus belajar dan menyerap banyak pengetahuan, meninggalkan yang tidak perlu meskipun terlihat menyenangkan. Kadang hidup terasa damai dan menyenangkan kadang begitu menyakitkan. Tanaman kadang berbunga indah tapi jika kemarau daunnya gugur dan terlihat menyedihkan. Tapi dia tidak mati, hanya sabar bertahan menunggu musim semi hingga ia bisa berbunga kembali.
Kajian Surat Al Israa 83-85
Tinjauan Penerapannya dalam memahami diri dan tugas kehidupan.
Tulisan ini sekadar sinopsis dari catatan pribadi saat seminar bersama Nouman Ali Khan (NAK) Indonesia di Jogja. Selain menonton bersama video Beliau kita juga mendapatkan penjelasan langsung dari Ustad Muhammad Firman. Mohon maaf jika masih belum lengkap dan banyak kekurangan.
Tujuan dari pembahasan tiga ayat surat Al Israa supaya kita bisa memahami diri sendiri dan tujuan kita diciptakan. Dengan memahami diri termasuk kekurangan dan segenap potensinya, kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih sukses dan dalam.
“Makna pribadi dan kesan pribadi tentang suatu ayat adalah hal penting untuk memahami dan mempraktekkan suatu ayat”
Salah satu hal yang dialami para sahabat adalah mereka benar-benar mampu merasakan bahwa setiap wahyu yang turun ditujukan kepada kehidupan mereka, menjadi tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk dapat meresapi dan mencintai setiap kalimat Allah SWT pada Al Quran tidak hanya cukup memahami arti dan tafsirnya namun, juga mengkorelasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga setiap kalimat tersebut benar-benar meresap ke dalam hati sanubari.
Sesi seminar diawali dengan slide yang penuh pertanyaan. 
Merenungkan Diri
- Siapa aku?
- Darimana asalku?
- Mengapa aku ada di sini?
- Sedang apakah aku di sini?
- Akan ke mana aku menuju?
Menilai diri 
- Apakah hidupku berharga?
- Apa nilai diriku?
- Apakah diri ini bernilai bagi orang lain?
- Apakah diriku di masa depan akan lebih baik?
Meninjau perjalanan hidup
- Mengapa aku terlahir seperti ini?
- Mengapa hidupku begini?
- dsb
Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu kita untuk memahami diri dan maksud penciptaan. Kontemplasi untuk memahami kehidupan. Skala diri, termasuk yang manakah kamu? Keadaan pada level berapa yang sedang kamu alami dan rasakan? Seseorang bisa berada dalam level yang berbeda setiap saat.
1. Hidup ini tidak bernilai. Lebih baik mati saja. ( Titik di mana seseorang tidak dapat bangkit sendiri. Seseorang dalam titik ini sangat membutuhkan bantuan orang lain untuk bangkit.)
2. Hidup saya tidak bernilai. Mengapa Tuhan menjadikan saya seperti ini? (Gelisah, marah, melimpahkan semua pada Tuhan)
3. Hidup saya tidak berharga. Ini karena orang lain merusak hidup saya. (Tidak bisa memahami dan menerima masalah hidupnya lalu menyalahkan orang lain)
4. Hidup saya berharga. Tapi tidak ada yang istimewa. (Biasa saja, datar, kelebihannya seseorang dalam level ini terhindar dari sombong)
5. Hidup saya berharga. Saya ingin memperjuangkannya.
6. Hidup saya berharga. Ada kesulitan dan kemudahan. Saya menerima dan bersabar.
7. Hidup saya berharga. Saya selalu berjuang untuk meraih keberhasilan. (Mayoritas orang yang berprestasi berada pada level ini. Titik di mana logika berjalan dan seseorang bisa terjebak dengan zona nyaman yang menyulitkannya untuk mencapai level selanjutnya?
8. Hidup saya berharga. Allah SWT yang memberikan nikmat bahkan melebihi dari yang saya upayakan. (Konsisten pada jalan yang benar versi Allah SWT. Benar-benar mengamalkan ilmu agama sesuai syariat.)
9. Hidup saya berharga. Allah SWT memberikan banyak hal namun saya belum banyak bersyukur.
10. Hidup saya berharga dan saya bersyukur.
Siapa yang memiliki alasan dari kehidupannya dia akan mempu menjalani setiap permasalahan dalam kehidupan 
Ketika seseorang mengetahi arti hidup dan arti dirinya, makan dia akan menemukan alasan untuk menjalani kehidupan dengan baik. Mengerti bakat dan kekuatan diri akan membantu untuk menentukan karir apa yang sesuai dan bagaimana meraih kesuksesan.
Ayat 84 : Setiap manusia memiliki syakilah (kepribadian) dan Sabilah (jalan) masing-masing. Tiap orang jalannya berbeda. Berhasil dan berharga bukan berdasar perbandingan dengan orang lain, tapi berdasar pada pemberian Allah SWT. Kita harus menemukan jalan kita sendiri.
Ayat 85: Manusia memiliki Ruh terbagi menjadi dua: Alamul Amr (yang sudah jadi, genetis dalam biologi, bakat, pemberian) dan (Alamul Khald (Berproses, karena lingkungan dan faktor luar). Ruh adalah sumber kebahagian. Kita tidak hanya hidup dengan fisik namun juga menjalani kehidupan bersama dengan ruh. Menjaganya agar tetap baik dan memberikan makanan yang baik bagi ruh.
Ayat 83: Dengan segala kenikmatan yang diberikan, ada saja manusia yang tetap berpaling ketika sukses. Sombong dan penuh keluh kesah. Agar tidak sombong harus memahami maksud ayat 84 dan 85.

Baru saja terjadi pertentangan kecil antara kedua teman kemarin sore. Aku, yang saat itu merasa lelah dan sedikit jengah mudah tersulut dan terbawa emosi, mendukung salah satu yang lebih dekat denganku, padahal belum tahu keseluruhan cerita. Yah,, kewajaran pertama adalah kecenderungan untuk memihak kawan yang lebih dekat, atau jahatnya yang lebih bermanfaat. Sore yang kusesali setelah pikiran lebih sadar. Aku yang berusaha untuk memahami setiap orang sering kali malah gagal paham. Bukankah seharusnya aku menelusuri keseluruhan kejadian baru memberikan kesimpulan dan saran? Maaf, ternyata aku masihlah labil dan jauh dari kebijaksanaan.

Begitulah... sedikit cerita yang membuatku berfikir semalaman. Bukannya membuka jurnal untuk revisi thesis, malah asyik membaca buku kepribadian. Aku tidak yakin, aku berjalan di jalan yang benar atau sedang tersesat dan keblinger dengan buku bacaan. Ah,, sudahlah,, kunikmati saja membaca hingga lelah. Meski tak paham banyak.

Aku yang merasa tidak peka ini, mencoba untuk lebih memahami orang-orang. Tapi sulitnya bukan main. Disaat mood sedang jelek, lelah, letih, lesu, lunglai rasanya rasa tidak peduli lebih mendominasi. Kenapa juga aku memikirkan meraka? Toh sendirinya berkepribadian di luar normal atau nalar. Apalagi yang menyimpangnya lebih ke arah negatif dan menjengkelkan orang-orang sekitar. Ada saja, dalam suatu perkumpulan ada orang anomali yang sering jadi bahan gosip karena perilaku dan tingkahnya cenderung kurang disukai. Padahal bisa saja karena dianya tidak peka, polos bin lugu, atau kurang ilmu pengetahuan cara berinteraksi dengan orang. Atau mereka adalah orang jenius dengan dunia sendiri atau bahkan seseorang dengan pemikiran liberal. Banyaklah jenis anomalinya. Alih-alih memberi saran justru jadi bahan omongan dibelakang. Memuakkan kadang... tapi apa boleh buat, aku seringkali juga terbuai sedapnya gosip. Aku bukan si baik hati tanpa dosa.

Melihat seseorang sebagai individu, lalu memahami mereka satu-satu itu sungguh berat kadang. Lebih mudah jika memandang mereka dalam satu keseluruhan, bahwa manusia sejatinya banyak cela. Pasti ada kurang dan lebihnya, baik buruk tingkahnya.

Aku sendiri tidak pandai bicara, hanya mencoba memahami dan tidak memperburuk situasi. Mungkin golongan orang yang tidak bisa banyak memberi saran, hanya mungkin bisa jadi pendengar. Yah.. untuk sementara hanya itu yang bisa kulakukan. Mencoba lebih sabar dan mengerti. Juga... lebih melihat sisi baik orang-orang. Ah.. terdengar naif.. BIarlah..

Kalau kamu... orang yang seperti apa? Apa yang kamu pikirkan tentang hubungan dan sikap orang-orang?
Senin, 22 Mei 2017 UGM mengadakan acara sarasehan "Peneguhan UGM Sebagai Universitas Pancasila". Acara ini dihadiri oleh Rektor, jajaran senat, dekan, perwakilan pegawai dan mahasiswa setiap fakultas yang ada di UGM. Acara ini berlangsung khidmad dan santai dengan pembicara yang sungguh luar biasa. Sebelumnya aku belum tahu siapa pembicaranya, ketika muncul Zawawi Imron dan Cak Nun, aku senang berada di tempat ini. Bertemu sastrawan besar, tokoh agama sekaligus tokoh Indonesia. Zawawi Imron itu lembut dan kalimatnya lebih cenderung bernada damai, jadi teringat Buya Hamka. Kalau Cak Nun begitu jujur, lugas, blak-blakan, apa adanya namun tetap tinggi tolerasnsi. Beliau berdua merupakan sumber inspirasi dan makanan bagi hati dan pikiran agar rasional dan sehat.



Sarasehan ini dibuka oleh Ibu Rektor. Beliau memaparkan bahwa UGM telah memiliki Pokja Pancasila dan rencana Aksi yang bertujuan untuk menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Beliau menegaskan bahwa UGM adalah universitas yang menjunjung tinggi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Dalam kesempatan kali ini Ibu Rektor juga meresmikan Kanal Pengetahuan UGM untuk berbagi ilmu dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Mewujudkan perdamaian dunia sesuai dengan cita-cita Bangsa. Selain website ada juga aplikasi Thundr dan Elok UGM.



Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan sesi materi dengan 3 pembicara. Zawawi Imron, Pujo Semedi, dan Cak Nun.
Kyai Zawawi Imron menitik beratkan pada keindahan dan kebersihan hati. Beliau berkata "Tanah yang Indah (Indonesia) harus diurus oleh hati yang indah (yang mengamalkan Pancasila). Beberapa poin yang aku catat adalah:
  • Berangkat dari hati yang bersih dan berfikirlah dengan hati yang bersih.
  • Ilmu bukan teks, bukan hanya pengetahuan terhadap buku. Ilmu yang sebenarnya adalah pengetauan hati terhadap kehidupan. Ketika Pancasila hanya berupa teks ibarat tongkat yang bengkok. Jadi saatnya Pancasila bukan hanya dipelajari dan ditelaah, namun diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Ojo Rumongso Iso, tapi iso rumongso. Televisi dan media dipenuhi oleh orang-orang yang merasa bisa, merasa benar, padahal belum tentu mereka paham belum tentu mereka benar.
  • Simpati di bawah empati. Mengalami 1000 kali lebih baik dariada melihat. Hendaknya para pemimpin ini bukan hanya melihat dari kejauhan saja, namun benar-benar memahami apa yang terjadi, dekat dengan rakyat, merasakan kesulitan dan kegelisahan mereka.
  • Sukarno berkata " Bangsa adalah sekelompok manusia yang merasa bersatu karena persamaan nasib dan tujuan perjuangan". Lalu ketika rasa senasib dan tujuan perjuangan telah hilang, bisakah kita disebut bangsa?
  • Hati yang buruk di dalamnya tidak ada keadilan. Karena keadilan sumbernya adalah hati yang bersih, yang bisa digunakan untuk merawat tanah air. Jadilah pemimpin, pelajar, pekerja dengan hati yang bersih. Bukan saling menipu, menghujat. Hanya hati yang indah yang bisa melihat keindahan tanah air.
  • kita disebut manusia karena memiliki kata, menulis dan membaca yang kemudian diamalkan dalam bentuk perbuatan dan menepati janji. Jika Pancasila hanya sebagai deretan kata, tidak diamalkan berati adalah sebuah penghianatan terhadap kata.
Kutipan pusis Beliau,
Kita makan di Indonesia
Menghirup udara di Indonesia
Bersujud di Indonesia
Mati dipeluk bumi Indonesia
Tanah air Indonesia ibunda kita
Jangan diisi dengan fitnah dan permusuhan
Indonesia- ibunda, saudara, cinta
Tempat bersujud kepada Allah SWT



Komentar Pribadi
Dulu ketika aku masih SMA, yang menggelisahkan hati adalah isu nasionalisme yang dinilai sudah pudar. Orag-orag mulai latah dengan budaya asing, produk asing, semua made in luar negeri dan tidak paham negara sendiri. Selama bertugas sebagi paskib di Kabupaten, aku dan teman-teman belajar tentang Nasionalisme. Melatih fisik dan mental untuk mengibarkan bendera, aku selalu ingat moment di mana kita bersama berdoa di bawah tiang bendera untuk tugas esok hari. Moment di mana kota penyimpan bendera dibuka dan aku menyentuh bendera yang akan dikibarkan, rasanya terharu sekali. Bendera itu, memang bentuknya hanya kain, hanya kain berwarna merah dan putih. Tapi jalan yang ditempuh untuk dapat mebuat kain itu berkibar mengorbankan nyawa ribuan orang orang, ratusan ribu, jutaan,,, entah tidak terhingga. Bukan sesuatu yang sepele,, mikir kerjaan dan pelajaran di negara merdeka saja berat apalagi membuat negara merdeka.Kalau sekarang kita tiba-tiba dijajah pakai nuklir, bayangkan tuh.. apa yang akan kamu lakukan? Kita belum punya nuklir buat tandingan. Jadi kalau tidak suka bendera, tidak suka Pancasila, mohon maaf nih,, cari pulau baru buat negara baru. Bukan berperang dengan saudara sebangsa. Biar kita yang cinta NKRI tetap hidup tenang. Masalah koruptor, narkoba dll biarlah kita selesaikan bersama. Bukan lagi berdebat tentang lambang dan asas negara serta perbedaan suku agama. Kata Cak Nun, hal itu udah selesai puluhan tahun lalu. Kita sudah merdeka jadi Bangsa Indonesia dengan bendera merah putih dan Pancasila, udah.

Lanjut..

Pembicara kedua adalah Bapak Pujo Semedi, Beliau memberikan gambaran ketimpangan perekonomian di Indonesia. Orang kaya itu mengubah persepsi orang miskin. Dengan apa? Gaya hidup... gaya hidup.... GAYA HIDUP. Diulang-ulang soalnya penting banget. Mereka mengubah persepsi dari iklan-iklan agar orang miskin itu suka yang aneh2, diluar kewajaran dan kemampuan. Untuk apa? Supaya jualannya laku.  Uang mengalir dari yang miskin ke yang kaya.

Terakhir adalah materi dari Cak Nun, yang paling ku tunggu. Aku menyukai pribadi beliau yang selalu mengajarkan legowo dan lapang dada. Beda pendapat tidak masalah,, asal tidak selalu memaksakan agar orang lain sama. Dalam materinya kali ini Cak Nun menekankan, bahwa Pancasila dan agama tidak bersebrangan. Justru sejalan. Beberapa poin yang aku catat:

  • Kalau menjalankan Pancasila jangan menudutkan yang non Pancasila. Kalau menjalankan agama jangan menudutkan agama lain. Semua dilakukan dengan damai dan toleransi. Tidak harus sependapat tapi jangan memaksakan pendapat. Merasa paling benar.
  • Kalau saat ini ada kaum rasionalis yang membela negara saja dan agamis yang membela agama saja itu semua adalah produk kebodohan. Negara ini bukan jawa, bukan kalimantan, bukan islam, bukan kristen. Tapi Indonesia itu ya Jawa, Kalimantan, Islam, Kristen, semua jadi satu. Bukan negara Pancasila bukan negara Islam tapi negara Islam dan Pancasila. Jangan terbalik pola pikirnya.
  • Kebenaran dari dalam diri dan yang kau yakini tidak perlu semuanya dikeluarkan dan diperdebatkan. Keluarkan saja yang bermanfaat dan mendamaikan, membawa keselamatan. Menghadiri pernikahan orang yang berbeda adat atau agamanya bukan berarti setuju, tapi itulah bentuk toleransi yang baik untuk semua pihak.
  • Kita datang untuk menjadi harmoni.
  • Madinah merupakan nagara yang juga memiliki penduduk beragam, hanya 15% muslim tapi mampu untuk tetap hidup damai.
Beliau menyampaikan betapa tidak bermanfaatnya saat ini kita saling memaki, sedikit-sedikit tidak setuju, bertengkar satu sama lain, heboh mempermasalahkan hal2 yang sebenarnya bukan masalah. Hanya perlu jiwa besar dan lapang dada, itu yang kurang.

Komentar Pribadi
Akhir-akhir ini kalau melihat sosial media, buka youtube, baca berita isinya saling mencaci, fitnah, meme yang mengolok-olok dan menjatuhkan. Menebar kebencian.. gak enak sama sekali dilihat, miris, menyedihkan. Sejak kapan kita menjadi masyarakat yang mengumbar kebencian, seakan memaki adalah hal yang biasa. Mengolok-olok seseorang dan pemerintah adalah lumrah. Apa ya gak capek gitu lo,, menyedihkan.. menyedihkan banget. Bukankah makian adalah hal yang negatif? Munculnya juga dari hati dan pikiran yang negatif. Semakin mudah memaki semakin kotor hatinya dan sempit pikirannya. Gak ada namanya memaki dengan amarah tanda setia kawan, tanda cinta, tanda nasionalisme, gak ada,,, cara kotor tidak bisa digunakan atas nama kebaikan.

Karena aku masih mahasiwa, yuk lah kita mahasiswa menebar kedamaian,, memberikan solusi,, bersinergi..jangan mudah terprovokasi, tidak usah lebay ribut-ribut bakar-bakar.. kita mah mikir aja trus action berdasarkan buah pikiran rasional berlandaskan pengetahuan.. ciee... iya kan? kita kan kuliah cari ilmu, masak gak dipake ilmunya..
Demo,, protes,, boleh,, tapi setelah itu berfikir bersama solusinya apa..
misal nih,, BBM naik,, demo gpp,, tapi setelah itu tugas kita adalah berfikir dan meneliti apa ya solusinya?? yang Biologi memikirkan energi terbarukan yang efektif, minta anak ekonomi buat hitungan ekonominya, minta anak teknik buat alat dan mesin produksinya, minta anak desain dan IT buat publikasi, minta anak sosial berdialog dengan masyarakat dan sosialisasi, minta anak hukum dan politik masalah hak paten dan dialog dengan pemerintah, minta anak komunikasi cari dana swasta atau CSR. Sodorkan ke pemerintah nih,, kerjaan kita.. monggo diterapkan sebagai solusi penghematan BBM.
contoh lagi..
Harga cabe naik??? Demo boleh.. habis itu cari anak pertanian biar diteliti kenapa produksi cabe menurun? Kena hama? Faktor cuaca? Cari anak biologi biar bikin padi tahan penyakit, cari anak ekonomi untuk meneliti pasar dan adakah permainan pasar hingga harganya turun, Sodorkan ke pemeritah,, nih kerjaan kita biar tahun depan penen sukses. Khan keren,,, ya kan??
Meski terbentur dnegan kepentingan politik, kebijakan dll, gpp,, pokoknya kita tetap berjuang.

Sudah ah,, ngomong mah mudah yah..tapi kita tetap harus menuju ke arah itu. Sinergi.

Sekian tulisan yang kemana-mana ini.. sebagian cuplikan acara sebagian kegundahan dan uneg-uneg penulis. Curcol,,, ^^
Belum bahas aplikasi dan webnya, keren banget padahal.. next time saja ya,, nugas dulu..jadi mahasiswa rajin.


1.      Pranata Mangsa
Merupakan metode penanggalan jawa untuk kepentingan pertanian, agar waktu tanam petani pas dan tidak mengalami kerugian. Selain waktu menanam juga disertakan deskripsi fenologi dan gejala alam. Hal ini dapat digunakan masyarakat untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan menentukan adanya bencana kekeringan atau banjir jika tanda-tanda alam tidak sesuai dengan penanggalan. Sepert musim kemarau yang lebih panjang.
Pranata mangsa diwariskan secara oral, bersifat lokal dan temporal. Petani, umpamanya, menggunakan pedoman pranata mangsa untuk menentukan awal masa tanam. Setahun menurut penanggalan ini dibagi menjadi empat musim (mangsa) utama, yaitu musim kemarau atau ketigå (88 hari), musim pancaroba menjelang hujan atau labuh (95 hari), musim hujan atau dalam bahasa Jawa disebut rendheng (95 hari) , dan pancaroba akhir musim hujan atau marèng (86 hari) .
Musim dapat dikaitkan pula dengan perilaku hewan, perkembangan tumbuhan, situasi alam sekitar, dan dalam praktik amat berkaitan dengan kultur agraris. Dalam pembagian yang lebih rinci, setahun dibagi menjadi 12 musim (mangsa) yang rentang waktunya lebih singkat namun dengan jangka waktu bervariasi. Tabel berikut ini menunjukkan pembagian formal menurut versi Kasunanan. Perlu diingat bahwa tuntunan ini berlaku di saat penanaman padi sawah hanya dimungkinkan sekali dalam setahun, diikuti oleh palawija atau padi gogo, dan kemudian lahan bera (tidak ditanam)

2.      Gamelan
Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Pada jaman dahulu masyarakat jawa dapat membuat instrumen musik dan menciptakan berbagai macam nada dan irama menggunakan gamelan. Istilah “karawitan” yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya.  Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa.
Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan. Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara. Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut 'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul).
Pengelompokan yang lain adalah:
a.         Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.
b.         Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
c.         Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
d.        Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.

Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha vadya), ideofon (Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata vadya). Irama musik di India disebut “laya” dibakukan dengan menggunakan pola 'tala' yang dilakukan dengan kendang. Irama tersebut dikelompokkan menjadi: druta (cepat), madhya (sedang), dan vilambita (lamban). Kesenian Gamelan ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat jaman dahulu sudah mengenal seni dan dapat menciptakan gubahan lagu dan menciptakan instrumen sendiri. Gamelan terus mengalami perubahan dan dapat bersanding dengan musik modern saat ini.
3.      Pengetahuan Tentang Angin Nelayan Biak
Secara tradisional nelayan Biak mengenal lima musim angin, dan memiliki nama sesuai dengan karakter sifat angina yang bertiup. Kelima musim ini disebut dalam bahasa Byak sejak nenek moyang karena berdasarkan pengalaman mereka selama melaut. Musim ini bertiup secara bergantian menurut kalender musiman orang kampong. Tiupan angin sangat mempengaruhi dalam kehidupan mereka saat melaut dan jika angin bertiup sangat kencang, maka rencana melaut dibatalkan.
Masyarakat Byak mengenal lima musim, menurut Enos Rumansara dan kawan-kawan dalam buku berjudul, Tradisi Wor di Kabupaten Biak Numfor antara lain :
a.         Angin Wambarek, angin ini bertiup dari arah barat ke arah timur pulau Biak.
b.         Angin Wamurem, angin yang bertiup dari arah timur ke barat pulau Biak.
c.         Angin Wambrauw, angin yang bertiup dari arah selatan ke arah utara Pulau Biak.
d.        Angin Wambrur, angin yang bertiup dari arah utara ke awah selatan Pulau Biak.
e.         Angin Wamires, angina yang bertiup dari arah tenggara ke arah barat laut Pulau Biak.
Ke lima macam jenis angina ini sangat mempengaruhi kehidupan para nelayan jika melaut sebab peran kalender musiman dan kebiasaan lama sangat menentukan jumlah tangkapan dan keamanan mereka di laut
4.      Teknik Pengolahan Logam
Sejak jaman kerajaan masyarakat sudah dapat menghasilkan berbagai macam peralatan dan kerajinan dari bahan logam. Dalam masa kemahiran teknik atau perundagian adalah suatu masa dimana manusia mengenal logam pertama kali. Masa perundagian ini diduga berlangsung sejak beberapa abad sebelum masehi atau sekitar 300 tahun yang lalu. Teknologi pembuatan alat pada masa ini jauh lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Hal ini dimungkinkan, seiring dengan telah tersusunnya golongan-golongan dalam masyarakat yang dibebani pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kegiatannya diawali dengan penemuan-penemuan baru, berupa beberapa teknik dalam pengolahan logam. Teknik-teknik tersebut antara lain; teknik peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan jenis-jenis logam. Sebelum tingkat-tingkat teknik ini dikenal, rupa-rupanya telah dikenal adanya tembaga dan emas.
Kemahiran teknik atau perundagian di Indonesia dibagi menjadi 2 tradisi berdasarkan hasil utama teknologi alat-alatnya, yaitu:
a.Tradisi seni-tuang perunggu; dengan hasil utama berupa alat-alat seperti nekara, kapak kapak corong, kapak-kapak upacara,bejana-bejana upacara dan boneka-boneka.
b.Tradisi penuangan besi; dengan hasil utamanya adalah alat-alat kerja dan senjata tajam. Di antaranya pisau (belati), sekop (pacul), parang, dan lain sebagainya.
Logam campuran (alloy) dan logam mulia yang lebih langka dan tinggi nilainya lebih dikhususkan untuk pembuatan benda-benda yang dapat difungsikan sebagai alat regalia atau simbol bagi elit penguasa. Contoh alat regalia tersebut di antaranya keris, yang merupakan puncak dari teknologi tempa di tanah air.
5.      Arsitektur Jawa
Arsitektur jawa kuno adalah salah satu contoh karya arsitektur nusantara yang tradisional. Perlu dipahami, Arsitektur Jawa Kuno yang dimaksud bukanlah arsitektur Jawa baru seperti bangunan joglo, akan tetapi arsitektur dari kerajaan Hindu-Budha yang ada di abad 8 sampai dengan abad 15. Telaah masa waktu yang terdekat adalah pada peninggalan masa Majapahit dan Singhasari, yaitu dari abad ke 11 sampai abad ke 15. Peninggalan-peninggalan masa kerajaan tersebut tersebar pada beragam situs percandian di Jawa Timur dan artefak-artefak kuno di museum-museum. Arsitektur Jawa Kuno yang masih tersisa berupa percandian dibuat dengan bahan batu andesit dan batu bata. Untuk candi dengan bahan batu andesit ditengarai terletak di daerah yang banyak batu kalinya juga, sedangkan untuk bahan yang berbahan batu bata ditengarai terletak di dataran yang banyak sawah dan lempung.
Di masa lalu teknologi pengergajian kayu tidak semaju sekarang, se-hingga untuk menghasilkan konstruksi usuk/kasau dan rengdiduga menggunakan bambu. Teknologi KonstruksiPenggunaan bahan batu bata telah dijabarkan sebelumnya, batu bata yang digunakan disusun menjadi dinding dengan pola yang khas danterbukti bisa bertahan sampai ratusan tahun, sehingga sekarang inipun masih dapat kita saksikan. Pola pemasangan batu bata pada candi berbeda dengan pola pemasangan batu bata yang dipelajari di sekolah-sekolah arsitektur. Pola pemasangan batu bata di candi sudah lebih dahulu terpakai ratusan tahun yang lalu, sedangkan pola pemasangan batu bata di sekolah arsitektur baru diterapkan puluhan tahun yang lalu dan berasal dari ilmu konstruksi penjajah Belanda.
Pola pemasangan batu bata pada ilmu konstruksi warisan penjajah Belanda cenderung mengajar-kan kerapian, siar tegaknya berselang seling seperti papan catur, rapi dari atas ke bawah. Berbeda dengan pola pemasangan batu bata pada candi kuno yang acak, dan bahkan ada beberapa siar yang tidak berselingan tapi lurus. Pola pemasangan batu bata dari ilmu warisan Belanda yang rapi tersebut seakan terlihat membuat kekuatan karena selang-selingnya, tetapi kerapiannya itu secara luas membuat kelemahan garis miring dari pola keretakan jika terjadi gempa. Berbeda dengan pola pemasangan batu bata yang acak, hampir tidak ada garis lurus yang miring dari atas ke bawah sehingga pola keretakannya akan membuat garis yang putus-putus. Garis yang putus-putus ini menyebabkan dinding lebih kuat menahan goncangan gempa.Pemasangan batu bata dari ilmu warisan Belanda menggunakan bahan perekat semen, sehigga dinding menjadi terikat masif. Hal ini memperbesar kemungkinan keretakan di satu lokasi untuk mengikutsertakan lokasi lain sehingga retaknya semakin melebar.
Berbeda dengan pola pemasangan batu bata di candi yang dilakukan tanpa semen. Sambungannya dilakukan dengan sistem kosot, yaitu menggesek batu bata di atas dan di bawah dengan perekat serbuk bata yang dicampur air. Sambungan dengan sistem kosot seperti ini masih lestari di bali. Sistem ini membuat sambungan antar bata seperti engsel, sehingga jika terjadi gempa, maka hanya bagian tertentu yang lemah saja yang terguncang dan retak. Keretakan itu tidak ikut serta mengaitkan sambungan batu bata lain, tetapi hanya copot di satu lokasi saja. Perbedaan teknologi konstruksi dari ilmu warisan Belanda dengan ilmu lokal juga terdapat pada konstruksi atap. Penggunaan atap dengan bahan bambu pada konstruksi lokal tidak membutuhkan kuda-kuda, karena usuk dan reng yang berbahan bambu demikian rapat sehingga membentuk bidang yang kuat. Atap limasan kontruksi lokal adalah sebuah struktur folded plate dari bahan bambu, sedangkan atap limasan dari ilmu warisan Belanda merupakan struktur tenda yang didukung oleh kuda-kuda.
Dari penjelasan di atas, membuktikan bahwa sejak jaman dahulu pada masyarakat kita sudah mengenal bagaimana membuat konstruksi yang baik jauh sebelum masuknya peradaban Belanda dan ilmu-ilmu modern. Metode konstruksi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang membuktikan kepandaian dan kebijaksanaan masyarakat jaman dulu dalam memanfaatkan dan hidup berdampingan dengan alam.
https://abdimukhlis.files.wordpress.com/2012/08/kumpulan-ilmu-pengetahuan.jpeg
Pelatihan jurnalistik ini diselenggarakan oleh Program Minat Literasi dari kepengurusan awardee UGM bertempat di Fakultas Ilmu Budaya. Salain minat Literasi ada juga minat tari dan olahraga yang dibentuk sebagai wadah para awardee untuk mengembangkan minat dan bakat masing-masing. Selain aktif dalam kegiatan sosial, tidak lupa kepengurusan UGM juga mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan akademik, salah satunya pelatihan jurnalistik ini.

Sebagai akademisi, kemampuan menulis adalah senjata untuk mengkomunikasikan ide dan berbagai ilmu. Setiap hari kita dituntut untuk menulis berbagai macam hal, mulai dari makalah, paper, dan jurnal ilmiah. Akan tetapi kemampuan menulis ilmiah juga harus diimbangi dengan kemampuan menulis jurnalistik yang lebih ringan dan mudah dipahami oleh masyarakat, seperti opini, artikel, dan essay. Tulisan-tulisan ilmiah dengan banyak kalimat asing dan metode yang njelimet itu sulit dipahami oleh khalayak umum dari disiplin ilmu yang berbeda.

Pemateri dalam pelatihan kali ini adalah Bapak Raja Napitupulu, beliau mengambil program Doktor dari PK 64. Beliau sudah berpengalaman dalam menulis berbagai macam berita untuk media lokal maupun nasional dan dengan senang hati mengajari kami agar mampu dan bersemangat untuk menulis. Selain memberikan motivasi untuk menulis beliau memberikan contoh bagaimana mengolah data, seperti data BPS atau hasil penelitian misalnya, menjadi deretan kalimat berita atau artikel yang mudah dipahami dan enak dibaca. Bukan lagi berupa deretan angka yang membosankan. Ditambah dengan judul yang memikat, dapat menarik perhatian pembaca.

Pak Raja mengatakan, bahwa kita semua memiliki hal dasar yang dibutuhkan untuk menulis. Kita terbiasa dengan kegiatan akademik, nilai TOEFL TPA dan IPK yang baik, jenjang pendidikan tinggi adalah basic yang sudah dimiliki. Jadi kita pasti bisa menghasilkan tulisan yang baik.

Selain memberikan materi hari ini, Pak Raja juga menawarkan pelatihan intensif bagi beberapa awardee yang beruntung. Di akhir pelatihan ada sesi praktek yang hasilnya akan dinilai langsung oleh beliau. Enam tulisan yang terpilih mendapatkan bingkisan berupa produk yang dihasilkan oleh mahasiswa UGM. Beberapa kriteria tulisan yang terpilih adalah  update, aktual, membahas isu terkini.




http://w2nswd.deviantart.com/art/Budaya-Indonesia-Ku-260662013

Dulu sekali sewaktu menginap di rumah kakek, aku tertarik menonton wayang. Selain penasaran seperti apa pertunjukan wayang yang membuat penggemarnya sampai tidak tidur semalaman aku juga belum pernah menonton sebelumnya, baik secara langsung maupun siaran di TV dan radio. Jadilah aku dan keluargaku nonton wayang bersama.

Setelah cukup serius dan memperhatikan setiap tingkah polah dalang dalam memainkan wayangnya, aku cukup mengerti apa yang dimainkan. Ada buto dan setan-setan yang di tampilkan dalam adegan yang lucu. Aku sempat berfikir "Kok cerita wayangnya seperti ini? Semacam guyonan saja tidak ada inti ceritanya." Ternyata, itu memang hanya pembuka saja.Setelah hampir setengah jam menonton, cerita sebenarnya baru disuguhkan. Padahal tadi nontonnya sudah serius banget karena biasanya bahasa yang digunakan susah dicerna. Bahkan olehku yang aseli tulen jawa ini.

Ya sudahlah, aku kembali memusatkan perhatian pada dalang dan tokoh-tokoh wayang yang dimainkan. Tapi semakin aku serius ingin memahami bagaimana jalan ceritanya semakin aku tidak mengerti dan mengantuk. Aku tidak mengerti itu tokoh-tokohnya lagi ngomong apa? Mereka siapa?? Akhirnya aku menyerah dan pulang.

Begitulah pengalamanku menonton wayang. Mekipun tidak memahami,  aku mencoba tetap mengapresiasi dengan memaksakan diri sesekali melihat wayang di tv atau mempertahankan sedikit perhatian terhadap wayang dengan support dalam berbagai kegiatan. Sebisanya lah pokoknya.

Sayang sekali kalau orang jawa asli malah sama sekali tidak mengerti tentang wayang. Seperti aku ini contohnya. Padahal itu budaya yang perlu di lestarikan. Semakin banyak orang jawa tidak fasih bahasa jawa, terutama kromo inggil, sudah mulai dilupakan dan jarang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di beberapa daerah pelajaran bahasa jawa sudah tidak ada pada tingkat SMA dan sederajat.Tetanggaku di desa saja anak-anaknya diajak bicara dengan bahasa indonesia. Hanya tersisa kakek dan nenek yang masih berbicara alus bahasa jawa. Kenapa tidak menggunakan bahasa jawa saja di rumah? Toh anak-anak itu tidak akan kudet kurang gahul karena di rumah menggunakan bahasa jawa. Di sekolah dia belajar bahasa Indonesia kok, otomatis bakalan bisa. Para orang tua tidak perlu khawatir akan nasib bahasa Indonesia anak-anaknya. Lebih keren lagi kalau di rumah selain pakai bahasa Jawa selingan pakai bahasa Inggris. Kan bagus tuh,, sudah tiga bahasa dikuasai. Tambah bahasa Arab juga bisa, sekalian belajar ngaji. Biar anaknya juga tidak kurang kerjaan dan menghabiskan waktu dengan mencoba atau menonton yang tidak bermanfaat. 

Kalau lihat anak kecil, di desa gitu ya, bicaranya bahasa Indonesia tiap hari temannya TV atau bahkan main gadget, kok miris ya. Jadi ingat waktu aku kecil dulu, yang permainnya adu ketangkasan dan strategi main berbagai macam permainan tradisional. Lompat tali, lari, sepeda, main layang-layang, manjat pohon, mancing dan masih banyaaak lagi. Alhamdulillah juga sejak kecil langganan Bobo, biasa membaca dari kecil dan bisa keterusan sampai sekarang tetap akrab dengan bacaan dan menulis. Sederhana, yakin banget Bobo adalah awal mula keakrabanku dengan bacaan dan kemudian tulisan. Ada komik keluarga Bobo, Nirmala, Rong-rong. Ada dongeng dan cerpen yang berisi nasehat baik. Ada liputan dan profil yang membuka wawasan anak-anak. Macam-macam.. dan tak lupa hadiahnya yang oke banget. Bapak ibu calon bapak dan calon ibu, anaknya dibelikan buku atau majalah bacaan ya,, biar kalau gede tidak alergi dengan perpustakaan. Kudet sesungguhnya adalah kalau anak-anak gahul kita males baca.  (Kok malah bahas Bobo sih...?)

Kembali soal wayang itu tadi, sayang sekali kalau kedudukannya mulai terganti dengan film-film luar negeri dan pertunjukan boneka modern dll. Padahal wayang bisa dilestarikan dengan mulai memperkenalkannya kepada anak-anak. Melalui pertunjukan sederhana yang menggunakan tokoh-tokoh dalam pewayangan dan bahasa indonesia. Seperti jaman Cepot masih populer dulu. Bisa juga tokoh-tokohnya diadaptasi dalam cerita yang di buat sendiri di sesuaikan dengan penonton. Apakah remaja atau anak-anak. Paling tidak agar generasi muda lebih mengenal budayanya dan menghargai serta melestarikannya.

Banyak sekali cerita dan tokoh dalam pewayangan yang dapat diteladani. Seperti kepahlawanan, kehidupan yang sederhana, perjuangan, dan keadilan. Wayang bukan barang kuno milik orang tua. Tapi wayang adalah budaya kita yang patut mendapat perhatian dan apresiasi. Bisa digunakan juga untuk menyampaikan cerita dongeng, agar generasi bangsa ini memiliki rasa nasionalisme dan memahami budayanya. Bukan hanya bangga dengan budaya impor, lalu budaya lokal menjadi pajangan dari masalalu yang semakin jarang dilirik dan diminati.