Senin, 22 Mei 2017 UGM mengadakan acara sarasehan "Peneguhan UGM Sebagai Universitas Pancasila". Acara ini dihadiri oleh Rektor, jajaran senat, dekan, perwakilan pegawai dan mahasiswa setiap fakultas yang ada di UGM. Acara ini berlangsung khidmad dan santai dengan pembicara yang sungguh luar biasa. Sebelumnya aku belum tahu siapa pembicaranya, ketika muncul Zawawi Imron dan Cak Nun, aku senang berada di tempat ini. Bertemu sastrawan besar, tokoh agama sekaligus tokoh Indonesia. Zawawi Imron itu lembut dan kalimatnya lebih cenderung bernada damai, jadi teringat Buya Hamka. Kalau Cak Nun begitu jujur, lugas, blak-blakan, apa adanya namun tetap tinggi tolerasnsi. Beliau berdua merupakan sumber inspirasi dan makanan bagi hati dan pikiran agar rasional dan sehat.
Sarasehan ini dibuka oleh Ibu Rektor. Beliau memaparkan bahwa UGM telah memiliki Pokja Pancasila dan rencana Aksi yang bertujuan untuk menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Beliau menegaskan bahwa UGM adalah universitas yang menjunjung tinggi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Dalam kesempatan kali ini Ibu Rektor juga meresmikan Kanal Pengetahuan UGM untuk berbagi ilmu dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Mewujudkan perdamaian dunia sesuai dengan cita-cita Bangsa. Selain website ada juga aplikasi Thundr dan Elok UGM.
Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan sesi materi dengan 3 pembicara. Zawawi Imron, Pujo Semedi, dan Cak Nun.
Kyai Zawawi Imron menitik beratkan pada keindahan dan kebersihan hati. Beliau berkata "Tanah yang Indah (Indonesia) harus diurus oleh hati yang indah (yang mengamalkan Pancasila). Beberapa poin yang aku catat adalah:
- Berangkat dari hati yang bersih dan berfikirlah dengan hati yang bersih.
- Ilmu bukan teks, bukan hanya pengetahuan terhadap buku. Ilmu yang sebenarnya adalah pengetauan hati terhadap kehidupan. Ketika Pancasila hanya berupa teks ibarat tongkat yang bengkok. Jadi saatnya Pancasila bukan hanya dipelajari dan ditelaah, namun diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Ojo Rumongso Iso, tapi iso rumongso. Televisi dan media dipenuhi oleh orang-orang yang merasa bisa, merasa benar, padahal belum tentu mereka paham belum tentu mereka benar.
- Simpati di bawah empati. Mengalami 1000 kali lebih baik dariada melihat. Hendaknya para pemimpin ini bukan hanya melihat dari kejauhan saja, namun benar-benar memahami apa yang terjadi, dekat dengan rakyat, merasakan kesulitan dan kegelisahan mereka.
- Sukarno berkata " Bangsa adalah sekelompok manusia yang merasa bersatu karena persamaan nasib dan tujuan perjuangan". Lalu ketika rasa senasib dan tujuan perjuangan telah hilang, bisakah kita disebut bangsa?
- Hati yang buruk di dalamnya tidak ada keadilan. Karena keadilan sumbernya adalah hati yang bersih, yang bisa digunakan untuk merawat tanah air. Jadilah pemimpin, pelajar, pekerja dengan hati yang bersih. Bukan saling menipu, menghujat. Hanya hati yang indah yang bisa melihat keindahan tanah air.
- kita disebut manusia karena memiliki kata, menulis dan membaca yang kemudian diamalkan dalam bentuk perbuatan dan menepati janji. Jika Pancasila hanya sebagai deretan kata, tidak diamalkan berati adalah sebuah penghianatan terhadap kata.
Kutipan pusis Beliau,
Kita makan di Indonesia
Menghirup udara di Indonesia
Bersujud di Indonesia
Mati dipeluk bumi Indonesia
Tanah air Indonesia ibunda kita
Jangan diisi dengan fitnah dan permusuhan
Indonesia- ibunda, saudara, cinta
Tempat bersujud kepada Allah SWT
Komentar Pribadi
Dulu ketika aku masih SMA, yang menggelisahkan hati adalah isu nasionalisme yang dinilai sudah pudar. Orag-orag mulai latah dengan budaya asing, produk asing, semua made in luar negeri dan tidak paham negara sendiri. Selama bertugas sebagi paskib di Kabupaten, aku dan teman-teman belajar tentang Nasionalisme. Melatih fisik dan mental untuk mengibarkan bendera, aku selalu ingat moment di mana kita bersama berdoa di bawah tiang bendera untuk tugas esok hari. Moment di mana kota penyimpan bendera dibuka dan aku menyentuh bendera yang akan dikibarkan, rasanya terharu sekali. Bendera itu, memang bentuknya hanya kain, hanya kain berwarna merah dan putih. Tapi jalan yang ditempuh untuk dapat mebuat kain itu berkibar mengorbankan nyawa ribuan orang orang, ratusan ribu, jutaan,,, entah tidak terhingga. Bukan sesuatu yang sepele,, mikir kerjaan dan pelajaran di negara merdeka saja berat apalagi membuat negara merdeka.Kalau sekarang kita tiba-tiba dijajah pakai nuklir, bayangkan tuh.. apa yang akan kamu lakukan? Kita belum punya nuklir buat tandingan. Jadi kalau tidak suka bendera, tidak suka Pancasila, mohon maaf nih,, cari pulau baru buat negara baru. Bukan berperang dengan saudara sebangsa. Biar kita yang cinta NKRI tetap hidup tenang. Masalah koruptor, narkoba dll biarlah kita selesaikan bersama. Bukan lagi berdebat tentang lambang dan asas negara serta perbedaan suku agama. Kata Cak Nun, hal itu udah selesai puluhan tahun lalu. Kita sudah merdeka jadi Bangsa Indonesia dengan bendera merah putih dan Pancasila, udah.
Lanjut..
Pembicara kedua adalah Bapak Pujo Semedi, Beliau memberikan gambaran ketimpangan perekonomian di Indonesia. Orang kaya itu mengubah persepsi orang miskin. Dengan apa? Gaya hidup... gaya hidup.... GAYA HIDUP. Diulang-ulang soalnya penting banget. Mereka mengubah persepsi dari iklan-iklan agar orang miskin itu suka yang aneh2, diluar kewajaran dan kemampuan. Untuk apa? Supaya jualannya laku. Uang mengalir dari yang miskin ke yang kaya.
Terakhir adalah materi dari Cak Nun, yang paling ku tunggu. Aku menyukai pribadi beliau yang selalu mengajarkan legowo dan lapang dada. Beda pendapat tidak masalah,, asal tidak selalu memaksakan agar orang lain sama. Dalam materinya kali ini Cak Nun menekankan, bahwa Pancasila dan agama tidak bersebrangan. Justru sejalan. Beberapa poin yang aku catat:
- Kalau menjalankan Pancasila jangan menudutkan yang non Pancasila. Kalau menjalankan agama jangan menudutkan agama lain. Semua dilakukan dengan damai dan toleransi. Tidak harus sependapat tapi jangan memaksakan pendapat. Merasa paling benar.
- Kalau saat ini ada kaum rasionalis yang membela negara saja dan agamis yang membela agama saja itu semua adalah produk kebodohan. Negara ini bukan jawa, bukan kalimantan, bukan islam, bukan kristen. Tapi Indonesia itu ya Jawa, Kalimantan, Islam, Kristen, semua jadi satu. Bukan negara Pancasila bukan negara Islam tapi negara Islam dan Pancasila. Jangan terbalik pola pikirnya.
- Kebenaran dari dalam diri dan yang kau yakini tidak perlu semuanya dikeluarkan dan diperdebatkan. Keluarkan saja yang bermanfaat dan mendamaikan, membawa keselamatan. Menghadiri pernikahan orang yang berbeda adat atau agamanya bukan berarti setuju, tapi itulah bentuk toleransi yang baik untuk semua pihak.
- Kita datang untuk menjadi harmoni.
- Madinah merupakan nagara yang juga memiliki penduduk beragam, hanya 15% muslim tapi mampu untuk tetap hidup damai.
Beliau menyampaikan betapa tidak bermanfaatnya saat ini kita saling memaki, sedikit-sedikit tidak setuju, bertengkar satu sama lain, heboh mempermasalahkan hal2 yang sebenarnya bukan masalah. Hanya perlu jiwa besar dan lapang dada, itu yang kurang.
Komentar Pribadi
Akhir-akhir ini kalau melihat sosial media, buka youtube, baca berita isinya saling mencaci, fitnah, meme yang mengolok-olok dan menjatuhkan. Menebar kebencian.. gak enak sama sekali dilihat, miris, menyedihkan. Sejak kapan kita menjadi masyarakat yang mengumbar kebencian, seakan memaki adalah hal yang biasa. Mengolok-olok seseorang dan pemerintah adalah lumrah. Apa ya gak capek gitu lo,, menyedihkan.. menyedihkan banget. Bukankah makian adalah hal yang negatif? Munculnya juga dari hati dan pikiran yang negatif. Semakin mudah memaki semakin kotor hatinya dan sempit pikirannya. Gak ada namanya memaki dengan amarah tanda setia kawan, tanda cinta, tanda nasionalisme, gak ada,,, cara kotor tidak bisa digunakan atas nama kebaikan.
Karena aku masih mahasiwa, yuk lah kita mahasiswa menebar kedamaian,, memberikan solusi,, bersinergi..jangan mudah terprovokasi, tidak usah lebay ribut-ribut bakar-bakar.. kita mah mikir aja trus action berdasarkan buah pikiran rasional berlandaskan pengetahuan.. ciee... iya kan? kita kan kuliah cari ilmu, masak gak dipake ilmunya..
Demo,, protes,, boleh,, tapi setelah itu berfikir bersama solusinya apa..
misal nih,, BBM naik,, demo gpp,, tapi setelah itu tugas kita adalah berfikir dan meneliti apa ya solusinya?? yang Biologi memikirkan energi terbarukan yang efektif, minta anak ekonomi buat hitungan ekonominya, minta anak teknik buat alat dan mesin produksinya, minta anak desain dan IT buat publikasi, minta anak sosial berdialog dengan masyarakat dan sosialisasi, minta anak hukum dan politik masalah hak paten dan dialog dengan pemerintah, minta anak komunikasi cari dana swasta atau CSR. Sodorkan ke pemerintah nih,, kerjaan kita.. monggo diterapkan sebagai solusi penghematan BBM.
contoh lagi..
Harga cabe naik??? Demo boleh.. habis itu cari anak pertanian biar diteliti kenapa produksi cabe menurun? Kena hama? Faktor cuaca? Cari anak biologi biar bikin padi tahan penyakit, cari anak ekonomi untuk meneliti pasar dan adakah permainan pasar hingga harganya turun, Sodorkan ke pemeritah,, nih kerjaan kita biar tahun depan penen sukses. Khan keren,,, ya kan??
Meski terbentur dnegan kepentingan politik, kebijakan dll, gpp,, pokoknya kita tetap berjuang.
Sudah ah,, ngomong mah mudah yah..tapi kita tetap harus menuju ke arah itu. Sinergi.
Sekian tulisan yang kemana-mana ini.. sebagian cuplikan acara sebagian kegundahan dan uneg-uneg penulis. Curcol,,, ^^
Belum bahas aplikasi dan webnya, keren banget padahal.. next time saja ya,, nugas dulu..jadi mahasiswa rajin.