Kelas Kolektivisme: Bersama, Menjadi Lebih Kuat dan Hebat


Kelas ke-13 PIM materi lagi, tentang kolektivisme. Setelah diselingi kelas praktek seduh V60, Aeropress dan bikin Latte. Kelas materi disebut dengan kelas metafisika. Sedangkan kelas praktek adalah kelas fisika. Tapi bagiku, kelas praktek justru membuatku harus belajar banyak tentang faktor-faktor yang gak kelihatan. Menumbuhkan rasa sayang dan peka kepada kopi dan alat-alatnya. Menemukan rasa manis dan notes-notes selain pahit. Bagiku yang tidak suka minum kopi karena pahit, ini adalah sebuah perubahan besar.

Pertama kali menyeduh kopi dengan teori yang benar. Membuatku tersenyum bangga di jalan ketika pulang. Hehe … seru ternyata. Teman-teman satu angkatan juga semua semangat belajar. Benar-benar iklim yang bagus.

Kelas Praktek Seduh. Pertama kali rek ... Maaf Receh


Memang, kelas-kelas PIM ini mengaduk-aduk pola pikir. Awalnya saya juga kurang minat belajar isme-isme. Karena … rumit dan yah … males. Mending baca buku soal bunga-bunga atau tanaman herbal. Tapi setelah kelas, saya jadi tertarik belajar.

Oke balik lagi ke kelas kolektivitas. Flashback sebentar karena kelas praktek tidak ada tugas menulis.

Di awal kelas kami membahas mengenai teori evolusi Darwin. Apa hubungannya dengan kolektivitas? Saya saja sampai detik ini masih yang … hem … Apa? Gimana? Hehehe … Kami juga banyak membisu di sesi ini. Biasanya asyik berdiskusi dan melontarkan pendapat. Yang aku ingat, di era sekarang ini tidak lagi relevan kalau ingin bertahan dengan cara individualis. Memenangkan kompetisi dengan menjadi lebih unggul. Menjadi raja rimba yang mendominasi semua penghuni hutan.

Era kolektivitas, tidak ada yang lebih unggul. Setiap individu itu setara. Dalam ruang kolektif tidak ada hirarki. Dia yang lebih kuat menjadi pemimpin dan lebih unggul. Struktur yang digunakan adalah holakrasi. Semua setara dengan tugas masing-masing yang harus dihargai.

Struktur holakrasi menempatkan manusia dalam status sosial yang horizontal. Tidak vertical mulai dari pemimpin tertinggi hingga dia yang paling lemah tak punya suara. Setiap individu berhak bersuara. Seperti koperasi yang benar, one man one vote.

Memang, butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa memiliki sistem kehidupan yang semacam ini. Jalan panjang menuju kesetaraan dan kesejahteraan bersama. Butuh menanamkan pola pikir yang sama kepada banyak orang. Tapi, tidak masalah. Mari kita mulai dari lingkungan sendiri, bersama. Ya … bersama-sama … kita akan semakin kuat melawan.

Mereka yang menggunakan kekuasaan untuk menindas dan memperlakukan bentuk kehidupan lain dengan tidak adil. Bukan hanya manusia, hewan dan tumbuhan juga.
Setelah materi sebentar tapi berat ini, kami main games. Senangnya … dari beberapa games yang dimainkan, ada banyak hal yang bisa diambil hikmahnya. Hehe …

Games saling bercerita, helikopter, kucing dan tikus, sambung kata, lalu berbicara dengan bahasa yang tidak ada di dunia. Ada lagi satu menunjuk orang yang lupa juga namanya. Mengingatkan kita untuk mendengar, memahami orang lain, mengambil resiko, inisiatif, belajar mengungkapkan pikiran, kreatif, bekerjasama, dan jangan lupa bahagia.

Iya … jangan lupa bahagia. Di dalam perjuangan panjang ini, bisa jadi sering lelah dan jenuh. Maka, jangan lupa tertawa bersama … Juga menjadi kuat dan lebih hebat bersama.

1 comment: